Archive for May 2011

1 X 24 Jam, Jangan Hubungi Aku!


.

Kisah sepasang kekasih yang saling mencinta. Pasangan ini sudah bertahun-tahun lamanya menjalin hubungan percintaan. Saling menjaga cinta, saling mengisi kekurangan dengan kelebihan masing-masing. Sudah tak ada lagi cela dalam kasih dan cinta mereka.

Hingga suatu hari, sang wanita meminta suatu hal pada kekasihnya.
"Sayangku, boleh aku mengajukan satu permintaan padamu?"
"Apa itu sayang?", ujar kekasihnya.
"Aku ingin mulai besok kamu jangan menghubungi aku. Aku ingin tahu apakah kamu sanggup untuk tidak bertemu dan menghubungiku selama satu hari? Jika kau bisa melalui itu, maka aku akan semakin mencintaimu dan akan mencintaimu hingga ku mati".

Pria itu pun mengiyakan keinginan kekasihnya. Keesokan harinya, selama satu hari penuh dia tak menemui dan menghubungi kekasihnya. Hingga lewat waktu 24 jam, pria itupun langsung mengunjungi kekasihnya dirumahnya.

Tapi betapa terkejutnya dia, karena yang dia temukan hanya jasad kaku sang kekasih yang sudah tak bernyawa. 24 jam terakhir adalah waktu hidup kekasihnya yang terakhir karena digerogoti kanker.

Surat terakhir yang ditulisnya berisi seperti ini :
"Kekasihku, kamu sungguh luar biasa. Kamu sanggup melewati 24 jam tanpa bertemu dan menghubungiku. Maka esok, lusa, dan seterusnya kamu pasti bisa melewati hari tanpa perlu bertemu dan menghubungiku lagi. Sebagai imbalannya, aku sudah memenuhi janjiku untuk mencintaimu hingga ku mati.....".

Manusia Yang Telah Menyelamatkan Dua Juta Bayi Dengan Darahnya


.



James Harrison (74 tahun), seorang pria Australia yang mempunyai jenis darah yang sangat langka telah menyumbangkan darahnya selama 56 tahun dan telah menyelamatkan nyawa lebih dari dua juta bayi.

James memiliki antibodi dalam plasma darah yang dapat menghentikan kematian bayi akibat penyakit Rhesus (suatu bentuk anemia yang parah). Dia telah memungkinkan banyak ibu-ibu untuk melahirkan bayi yang sehat, termasuk putrinya sendiri, Tracey, yang memiliki anak sehat berkat darah ayahnya.

Harrison telah memberikan darah setiap beberapa minggu sejak ia berusia 18 tahun dan kini telah mencapai hingga 984 total sumbangan. Ketika ia mulai menyumbangkan darahnya, hidupnya dianggap begitu istimewa hingga telah diasuransikan untuk satu juta dolar Australia.

Dia berkata: "Aku tidak pernah berpikir tentang berhenti. Tidak akan pernah." Dia membuat janji untuk menjadi seorang donor pada saat berusia 14 tahun setelah menjalani operasi pembedahan besar di mana ia membutuhkan 13 liter darah.

"Aku berada di rumah sakit selama tiga bulan," katanya. "Darah yang saya terima dari orang lain telah menyelamatkan hidup saya, jadi saya membuat janji untuk memberikan darah kepada orang lain ketika aku berusia 18 tahun."

Tepat setelah dia mulai menyumbangkan darah, ternyata ditemukan bahwa darahnya sangat langka dan terdapat antibodi dalam darahnya. Pada waktu itu, ribuan bayi di Australia sedang sekarat setiap tahunnya dari penyakit Rhesus. Bayi yang baru lahir lainnya menderita kerusakan otak permanen karena kondisi penyakit tersebut.

Penyakit tersebut menciptakan ketidakcocokan antara darah ibu dan darah bayi yang belum lahir. Kondisi ini akibat dari yang satu memiliki darah Rh-positif dan Rh-negatif lainnya.

Setelah jenis darah Harrison ditemukan, ia menawarkan diri untuk menjalani serangkaian tes untuk membantu mengembangkan vaksin anti-D. "Mereka mengasuransikan saya untuk satu juta dolar jadi aku tahu istri saya Barbara akan diurus dan saya tidak khawatir" katanya.
"Aku tidak takut, saya senang untuk membantu, saya harus menandatangani setiap form dan pada dasarnya itu adalah form tanda kehidupan." Diperkirakan ia telah membantu menyelamatkan 2,2 juta bayi sejauh ini.

Sekolah Gratis, Sekolah Kartini


.

Sekolah petak di tengah perkampungan kumuh di bawah jembatan layang adalah cita- cita dari kembar bersaudara, Sri Rosiati (Rosi) dan Sri Irianingsih (Rian). Sekolah ini berdiri pada tahun 1997, sekolah pertama yang mereka dirikan terletak di kolong jembatan, Rawa Bebek, Jakarta Utara. Semua sekolah petak tripleks itu dibangun dalam lingkungan komunitasnya, tidak terpisah dari perkampungan utama.

Bangunan sekolahan itu tampak sederhana sekali, pembatas antara kelas yang satu dengan yang lainnya hanya menggunakan tripleks dari kayu. Ruangan seluas 40 meter persegi itu terlihat sesak dengan sekitar 80 anak yang belajar di tiap lantai. Sekolah yang didirikan ibu kembar dinamai “Sekolah Darurat Kartini”. lbu kembar tidak pernah menamai sekolah ini sebagai yayasan ataupun sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM).

“Kartini” sekarang sudah mempunyai lima “cabang”, yaitu di bawah kolong jembatan Rawa Bebek, bawah jembatan Ancol, bawah jembatan Pluit, bawah jembatan Tambora, dan di pinggir rel kereta api Kampung Janis. Tidak tanggung-tanggung, perempuan kembar kelahiran Semarang, 4 Februari 1950 ini tak hanya menyelenggarakan layanan pendidikan gratis, tapi juga menyediakan perangkat sekolah dari buku sampai pakaian seragam.

Semua sekolah petak tripleks itu dibangun dalam lingkungan komunitasnya, tidak terpisah dari perkampungan utama. Jumlah murid Sekolah Darurat Kartini kini mencapai hingga 2000 murid, dari taman kanak kanak, hingga SMU. Mereka juga membuka kelas kursus keterampilan, ada kursus menjahit, merangkai kerajinan tangan serta memasak. Bahkan rencana selanjutnya ibu kembar ini akan membangun poliklinik gratis untuk masyarakat.







Aksi sosial Rosi dan Rian pantas diacungi jempol. Maklum, ibu kembar ini kerap menyambangi lima sekolah darurat miliknya. Bahkan, mereka pun turut mengajar. Hebatnya lagi, untuk membiayai kegiatan sekolah darurat itu, ibu kembar ini tak canggung-canggung untuk merogoh kocek pribadinya. Bagi Rosi dan Rian, mengajar anak-anak ini bukanlah tantangan, namun bagi mereka tantangan yang paling mendasar tentunya bagaimana mengubah kebiasaan anak-anak di suatu wilayah yang sangat miskin pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Bagi ibu kembar ini, tidak ada yang lebih berarti bagi mereka selain mewariskan harta yang cukup untuk bekal mereka hidup selamat di dunia dan akhirat. Mereka percaya, tidak ada yang berkurang sedikipun dari harta yang dibelanjakan untuk jalan kebaikan. Bahkan, yang Maha Kuasa berjanji untuk menambahkan terus menerus. Kini, mereka tengah berupaya keras agar sekolah Kartini tetap berjalan untuk anak-anak miskin dan terlantar. Mereka tetap anak-anak bangsa ini, jadi jangan biarkan mereka terus menerus bodoh dan miskin

Nah, melihat hal ini saya jadi bertanya dalam hati, kemanakah kepekaan dan tanggung jawab pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Sedangkan biaya sekolah di negeri ini semakin mahal dan semakin bersifat komersil.

Cinta Ibu Dalam Sebuah Lonceng


.



Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang . Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan:

'Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.'

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk
diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan, 'Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya.'

Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.. Dengan hati hancur, ibu itu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena
kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantika n akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.

Tahukah apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan, menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng, memeluk bandul dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Satpol PP, Membantu Atau Membantai?


.

Sudah banyak pro dan kontra tentang keberadaan Satpol PP untuk membantu pengamanan. Tapi pada kenyataannya lebih banyak tindak kekerasan yang kita lihat pada setiap aksi Satpol PP itu sendiri. Ada beberapa foto dari aksi Satpol PP yang mau coba di share, dan silahkan anda nilai sendiri tentang keberadaan Satpol PP itu...