Archive for 2009

Annoying, Yes Or No?


.

Yesterday's Bit Annoying Conversation....:

Someone (Let's say X):
PING!!
Me :
Yohaaaaa....!!
X :
Statusnya kayak lagi fallin' in love neh...
Me :
Begitulah
X :
Siapa gitu?
Me :
Ada deh.....
X :
Yakin, dia pasti gak lebih baik dari aku. Dari sekian banyak yang coba deket kamu, kayaknya cuma aku yang paling qualified!
Me :
Send Picture
X :
Received Picture
Boleh juga, yakin itu orangnya, gak ngada-ngada kan?
Me :
Emang knp?
X :
Kok bisa dapetin yg kayak gitu, pake pelet ya?
Me :
Alhamdulillah, gw masih pny Tuhan!
X :
Kereeeen!! Bisa dapetin yg kyk gt..Penasaran modalnya apa?
Me :
Modalnya cuma hati yg tulus. Gw emang gk ganteng, gk pny body s'sexy Vino Bastian Or Choky Sitohang. Gw jg gk pny mobil mewah n harta berlimpah, tp mslh hati, gw berani di adu dgn sapapun....
X :
Gayaaaaaa.....!!

Annoying? What do you think?

Kisah Penjual Kerupuk Mie


.



Pakde dan Bude Gono, begitu kami biasa memanggil mereka. Sepasang suami istri renta penghuni rumah di ujung gang sempit ini. Sebenarnya tak layak disebut rumah, hanya ruangan dari papan berukuran 3 x 4 meter, berpenerangan sebuah bohlam 10 watt, yang disewa seharga dua ratus ribu rupiah perbulan. Sebuah tempat tidur dengan kasur tipis, dan lemari untuk menyimpan baju dan peralatan dapur, itulah furniture yang ada dirumah itu. Kompor, ember, dan alat memasak disimpan dikolong tempat tidur. Untuk keperluan mandi dan hajat, mereka menggunakan MCK umum. Dengan membeli air pam seratus rupiah per ember, mereka bisa mandi, masak air, cuci baju, dan keperluan lainnya untuk mereka berdua. Hanya berdua, sebab Allah tidak mengaruniakan keturunan pada mereka.

Pakde Gono adalah seorang penjual kerupuk mie. Beliau berkeliling dari gang ke gang membawa pikulan yang terdiri dari sepanci sambal kacang dan seplastik besar kerupuk mie. Dengan uang seribu lima ratus, kita bisa menikmati dua buah kerupuk mie dengan sambal sesuka hati. Kalo Pakde Gono berjualan di sekolah-sekolah, maka dia harus menyesuaikan harga dengan kantong anak sekolahan, yaitu lima ratus rupiah untuk sebuah kerupuk. Tapi beliau tidak bisa selalu stand by di sekolah, sebab akan diusir oleh pihak keamanan sekolah, atau oleh pemilik kantin sekolah. Bisa dihitung kira-kira berapa penghasilan beliau. Untuk dapat duit sebesar sepuluh ribu rupiah, Pakde Gono harus menjual kurang lebih 20 kerupuk mie, dan itu bukan hal yang mudah. Berjualan di antara gang-gang sempit, rumah yang berhimpitan, daya beli masyarakatnya sangat rendah dan begitu banyak orang yang berprofesi serupa.

Ba'da Subuh, dibantu sang isteri, Pakde Gono menggelar kerupuk-kerupuknya di lapangan bulu tangkis depan musholla. Kerupuk itu harus dijemur dulu agar bisa mengembang saat digoreng. Sementara sang isteri menyiapkan sambal kacang. Hari-hari belakangan ini, kerut-kerut di wajah Pakde Gono bertambah. Pasalnya, hujan sering mengguyur pada pagi hari. Beliau tidak bisa menjemur kerupuknya. Seperti pagi tadi, ku perhatikan dari pintu rumahku, Pakde membawa kerupuk-kerupuknya ke lapangan. "Mendung, Pakde. Pasti sebentar lagi hujan." Sapaku. "Ndak papa, yang penting kena angin." Sahutnya. Dan benar saja, kurang dari 15 menit kemudian, hujan turun. Bergegas, Pakde dibantu isteri dan bapakku, yang kebetulan sedang ada di lapangan, menyelamatkan kerupuk-kerupuk itu.

Banyak sikap yang sangat aku kagumi dari sepasang suami isteri renta itu. Walaupun pemahaman agama mereka sangat terbatas, namun mereka adalah jamaah tetap mushollah kecil kami. Lima waktu selalu mereka kerjakan di mushollah itu. Yah, mungkin karena tak ada sisa ruangan di dalam rumah yang layak untuk menghadap Ar-Rahman. Selain itu, harga diri mereka sangat luar biasa. Sebagai tetangga dekat, ibuku selalu berusaha mengirimi sedikit makanan atau apapun untuk mereka. Dan wadah makanan tak pernah kembali dalam keadaan kosong. Selalu terisi, apapun yang mereka miliki. Gula, beras, kacang, kerupuk, mie, ubi, singkong, pisang, atau apapun selalu mereka sertakan saat mengembalikan wadah makanan. Sudah ribuan kali ibuku berusaha menolak, tapi saat melihat wajah sedih Bude Gono, maka ibuku tak mampu menampik pemberiannya. "Tolong, jangan ditolak." Lirihnya. Maka, kami pun menerimanya. Selalu begitu.

Masih banyak yang bisa dikisahkan tentang mereka, yang mungkin dianggap biasa-biasa saja, namun bagiku, yang baru belajar menumbuhkan empati terhadap sesama, menjadi luar biasa. Seperti ketika Pakde bercerita pada pagi hari tahun baru, Januari 2008.

Malam menjelang tahun baru, beliau berjualan ke PRJ karena tahu kalau lokasi itu akan sangat ramai. Dan benar, dalam sekejap dagangannya habis. Namun duit tak dapat, karena orang-orang yang sedang dalam euforia itu lupa atau sengaja tak mau bayar. Apalah daya seorang lelaki tua di tengah hiruk pikuk pesta kembang api malam pergantian tahun.

Pakde hanya tersenyum. "Sing sabar dan ikhlas", katanya pada diri sendiri.

Dalam segala keterbatasan mereka, mereka menampilkan aplikasi nyata dari hadist Nabi, "Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah." Dalam segala keterbatasan mereka, tak mau harga diri mereka jatuh dengan hanya menerima tanpa memberi. Dalam segala keterbatasan mereka, ku temukan hidup yang penuh keikhlasan, syukur, sabar dan pantang mengeluh. Dalam segala keterbatasan mereka, begitu banyak pelajaran hidup ku dapat.

(Menembus Batas Logika by Muhammad Arifin Ilham)

Renungan Malam


.

Jumat, 14 Agustus 2009
01:21 dini hari

Merenungi beberapa hari terakhir yang aku lalui, sambil merasakan degup jantung yang tak karu-karuan malam ini. Mencoba mengambil hikmah dari apa yang sudah aku lalui beberapa hari ini. Menyadari hidup memang tak selamanya berjalan sesuai rancangan hidup manusia, karena bagaimanapun Tuhanlah yang berhak menentukan semua kejadian dalam hidup umatNya.

Untuk yang kesekian kali, hidupku tak berjalan sesuai dengan pondasi rancangan masa depanku. Cukup melelahkan, karena ini bukanlah yang pertama bagiku. Tapi tak ada yang bisa dilakukan kecuali ikhlas dan menghadapi semua ini.

Tapi kali ini, ada satu pembelajaran yang bisa aku ambil dari permasalahn hidup ini. Aku mulai menyadari, bahwa setiap permasalahan hidup hakikinya adalah milik individu itu sendiri, untuk dihadapi dan diselesaikan sendiri. Tak perlu berharap banyak terhadap bantuan orang lain. Karena itu hanya akan menyakitkan hati jika harapan itu hanyalah harapan kosong.

Aku percaya, meskipun tanpa bantuan orang lain, aku tetap bisa berdiri tegar dengan kedua kakiku sendiri. Amieeeeen.....

You Are Not Alone...


.

Lama juga gak utak-atik Blog ini..
Huhuhu...Maaf Blog-ku, bukannya gak cinta, bukan pula tak sayang. Tapi ternyata Laman sebelah lebih mengasyikkan. Hehe..
Facebook ternyata bikin kecanduan!!
Tapi tetep inget juga khan akhirnya?

Ada hal yang pengen di share saat ini. Well actually, it's not a hundred percent about me. Tapi ya bisa dihubung-hubungkanlah..

Ada satu kenyataan yang baru gw denger tentang salah seorang teman, yang cukup mengejutkan.
One of my friend said the truth about one of our friend's fact of life. Apakah itu??
Jadi gw baru tau kalo ternyata temen gw yang berinisial 'N', ternyata anak angkat, bukan anak kandung dari kedua orang tuanya saat ini. Kaget banget, gak nyangka!!
Tapi dari semenjak awal kenal emang agak bingung. Temen gw ini anak seorang Direktur BUMN terkemuka di Indonesia. Tapi kenapa dari dulu penampilannya gak memperlihatkan kalo dia anak direktur. Dengan semua yang dia punya, serba seadanya. Gw pikir itu karena dia berasal dari salah satu suku yang terkenal dengan kepelitannya, tapi ternyata bukan karena itu. Semua karena dia bukan anak kandung. Gw juga baru tau kalo ternyata dia selalu diperlakukan seperti layaknya pembantu, bukan anak perempuan oleh Ibunya.

Gw kaget banget tau semua itu..
Bingung juga, kenapa temen gw harus mendapatkan perlakuan seperti itu??
Tujuan awal orang tuanya mengadopsi dia sebetulnya apa?
Mau diangkat anak?
Atau mau dijadiin pembantu??
Parah banget.....!!
Harusnya orang tuanya berkaca dan sadar, karena sikapnya itu, Yang Maha Kuasa gak pernah mau memberikan keturunan padanya..

Seharusnya meskipun anak angkat tak mengalir darah kita pada dirinya, kita tetep harus menyayangi seperti layaknya anak sendiri.
Kasih sayang anak dan orang tua menurut gw gak terbatas pada ada atau tidaknya darah dan genetik kita pada anak itu.
But it's all about Love....

Semua orang mungkin sempat melihat tangisan pilu seorang Paris Katherine Jackson karena kehilangan ayah tercinta, Michael Jackson. Meskipun banyak yang meragukan Jacko sebagai ayah biologis dari ketiga anaknya (So do I! Gimana bisa seorang kulit hitam mempunyai anak kulit putih?? Gimanapun gen Jacko adalah Afro-America), tapi itu tak menghalangi cinta kasih antara ayah dan anak itu.

Begitu juga gw, meskipun telat menyadarinya, tapi gw baru sadar kalau ternyata Almarhum Bapak Tiri gw lebih menyayangi gw jauh dibandingkan Ayah Biologis gw yang ternyata gak peduli dengan keadaan gw, apakah hidup atau mati.
Awalanya gw benci banget dengan keberadaan Beliau dirumah. Semua mungkin karena efek perceraian yang cukup traumatis buat gw. Gw benci punya Ayah baru, gw gak suka dengan semua itu, gw malu dengan keadaan itu.
Tapi setelah Beliau tiada, gw baru sadar kalu ternyata Beliau rela mengorbankan apa saja, bahkan jiwa raganya demi gw,Kakak-kakak gw, dan seluruh keluarga gw. Tanpa pamrih, semua karena cinta....

Teman,...Jika kamu membaca Blog ini, tegarlah!
Satu hal yang harus diingat, bahwa dibalik semua ini Tuhan pasti punya rencana indah untuk masing-masing umatnya.
And one thing, that you are not alone....

Sudahkah Kamu Berterima Kasih Pada Ibumu...?


.

Pesan seorang ibu, ketika ditinggalin anaknya hidup sendirian :

"Dulu, ketika aku menikah, tidak pernah berpikir punya anak seperti apa, gimana jaganya, biayainya sekolah hingga lulus kuliah nanti... tapi kujalankan saja...

Ketika melahirkan dirinya, hampir diriku menyerah, tapi demi melihatnya lahir ke dunia ini, tumbuh besar dan menjadi anak yang berguna, aku terus berjuang, walaupun harus berkorban diri ini demi kehadiran dirinya di dunia ini...

Dia telah lahir ke dunia ini, pertama kali melihatnya, ada perasaan bergejolak di diriku, aku terharu dan bangga sekali bisa membawanya ke dunia ini, aku berjanji, apapun yang terjadi, gimanapun susahnya hidup ini, anak ini harus kubesarkan dengan kedua tanganku...

Tidak mudah untuk membesarkan dirinya, dia bandel sekali ketika kecil, suka bermain lupa waktu, berteman dengan anak-anak nakal, tidak mau makan, susah disuruh mandi, susah dibujuk tidur waktu malam hari, kadang dia marah dan bentak padaku, kadang dia mengejekku, kadang juga dia menghinaku...

Ketika besar, dia merasa diriku terlalu membatasi dirinya, ini tidak boleh, itu tidak boleh, dia juga merasa aku terlalu kolot, ketinggalan jaman, tidak mengerti apa maunya, tidak setuju terhadap setiap kelakuannya...

Kadang sakit hati sekali diriku ini, tapi ingat ketika pertama kali menggendongnya, ketika melahirkannya, semua sakit ini hilang seketika... dia adalah anakku, anak kesayanganku...

Aku telah berjanji akan membesar dirinya, apapun yang terjadi, rintangan apapun yang kuhadapi, karena dia anakku... Harapanku besar kelak dia bisa menjadi anak yang berguna... Aku cinta padamu, anakku...

Karena kau lah, yang memberikan kekuatan pada diriku, membuatku mau bekerja keras pagi-siang-sore-malam, tidak takut akan sakit, derita.. Karena kehadiran dirimu lah membuat diriku ada artinya, bisa membesarkan dirimu dan mendengarkanmu memanggilku IBU, sungguh senang rasanya hati ini...

Aku tidak berharap banyak, hanya suatu saat, ketika dirimu sudah besar, kamu dapat menjadi anak yang baik, bisa hidup yang enak. Ibu mungkin sudah tua, tidak bisa hidup lama lagi, badanku ini sekarat, kerutan muka sudah banyak, perjalananku tidak lama lagi.

Anakku, jika kamu bekerja keras, tidak perlu sampai memberikan rumah yang bagus, uang yang banyak, semuanya itu untuk dirimu saja. Ibu hanya berharap kamu mau menyisihkan sedikit waktumu untuk menemani masa-masa tua ibu, bisa disamping ibu dan ngobrol dengan ibu, itu sudah lebih dari cukup...

Ibu Bangga denganmu, nak, mungkin tidak pernah terucap lewat kata, tapi ini ibu rasakan dari lubuk hati yang dalam... Maafkan jika selama ini ibu pernah marah denganmu, memukulimu, melarangmu ini itu, semua ini demi kebaikanmu, nak...

Ibu Cinta padamu... dari dulu, sekarang, dan selamanya..."



911 Emergency Call....Gak Donk, 911 Boyband!Hahahaha....


.

Apa kabar ya boyband yang satu ini? Pada kemana 'n ngapain aja gitu personilnya? Boyband ini emang memutuskan bubar jalan, tapi after that karier masing-masing personilnya jadi gak kedengeran euy...

Padahal inget banget, jaman bocah dulu pas SMP gw sempet ngeFans abieeeeezzz ama 911. Koleksi semuanya tentang mereka, sampe-sampe ikutan Fans Club mereka di Inggris sono! Hahahahaha...Tapi sayang koleksi kaset n yang lainnya pada hancur pas Jakarta tenggelam February 2002...Jadi gak ada kenang-kenangan betapa gw dulu pernah ngeFans ama 911. Cari CDnya juga sekarang susyah..Jadi upload videonya aja dehhhh..Hehehehehe...Met bernostalgia buat yang pernah ngeFans juga yaaaa....

911 - Love Sensation



911 - The Day We Find Love



911 - All I Want Is You



911 - How Do You Want Me To Love You



911 - Bodyshakin'



911 - Private Number



911 - Nothing Stop The Rain



911 - A Little Bit More



911 - More Than Woman



911 - Party People



Nostalgia Abieeeeeez!!!!!!

Children Of Heaven


.

Bukan mo ngomongin soal film Pakistan yang berjudul sama, Children Of Heaven. Bukan juga berniat untuk nulis cerita seperti film itu. Cuma pengen sedikit prihatin dengan kondisi banyak anak-anak di Indonesia, yang kurang beruntung..

Ketidakberuntungan itu umumnya berada pada kondisi materi yang tidak menguntungkan bagi mereka. Kondisi dimana untuk mendapatkan sesuap nasi dengan gizi yang baik aja susahnya bukan main. Kondisi ini diperparah dengan keadaan lainnya yang memperlengkap kesulitan hidup di dunia yang penuh dosa ini...

Diawali dengan anak-anak yang karena kurangnya materi, akhirnya mereka di eksploitasi oleh orang tua mereka atau beberapa orang dewasa tak bertanggung jawab, untuk ikut mencari nafkah. Bertarung dengan kerasnya kehidupan dijalanan. Padahal seharusnya mereka bisa menikmati masa kecil mereka untuk sekolah, bermain, dan bertumbuh kembang secara wajar sesuai usia mereka.



Masih ada lagi anak-anak yang kurang beruntung, dimana pada usia mereka yang sangat membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhan mereka, tapi mereka malah di vonis menderita kekurangan gizi atau gizi buruk. Miris banget ngeliat kondisi anak-anak yang kekurangan gizi itu, dimana tubuh mereka udah kayak tulang dilapis kulit, tergolek tak berdaya, dan hanya bisa menangis dan menangis.

Hidrosephalus, penyakit ini juga masih menjadi momok yang cukup mengerikan bagi anak-anak. Pembesaran kepala yang membuat pertumbuhan mereka ikut terhambat.

Gimana juga dengan kelainan-kelainan fisik lainnya yang akhir-akhir ini makin aneh-aneh aja?
Gimana dengan anak yang kulitnya bersisik, kayak sisik ikan atau ular? Biasanya mereka sudah cukup menderita dengan kondisi kulitnya yang kering dan selalu terasa perih kalau terlalu kering, tapi masih ditambah lagi dengan cemoohan dan penolakan dari lingkungan, bahkan orang-orang terdekatnya. Penderitaan fisik mungkin tak seberapa, tapi mental, itu jauh menyakitkan bagi mereka.



Ada lagi yang baru gw liat di TV, ada seorang anak yang memiliki kelainan fisik. Anak ini mirip banget seperti kera. Dari bentuk wajahnya, sampai badannya yang berbulu, seperti layaknya kera atau primata lainnya.



Gw bingung?!?
Ada apa ini sebenarnya??
Kalau memang benar bahwa bayi itu terlahir suci tak berdosa, lalu kenapa mereka terlahir dengan semua beban penderitaan itu?
Kalau memang itu semua terjadi karena kesalahan orang tuanya, kenapa harus mereka yang menanggung dosa?
Bukannya dalam kehidupan ini nggak ada yang namanya dosa turunan?
Bukannya dosa itu harus ditanggung sendiri oleh si pelaku dosa itu?
Gak adil!!

Lebih gak adil lagi, karena penderitaan yang berat itu umumnya menimpa mereka yang secara materi sudah cukup menderita. Kenapa orang-orang yang mapan, gak pernah menderita seberat itu?
Adilkah jika hidup seperti itu???

Money Talks....


.

Duit, duit, duit....
Semuanya beres kalo ada duit!
Semua bisa didapatkan kalo punya duit.
Tapi semua juga bisa berantakan karena duit....

Gak mo ngomongin soal Money Politics yang akhir-akhir ini banyak terjadi di Indonesia menjelang Pemilu bulan depan. Gw mo cuma curhat tentang yang namanya duit..
Kadang-kadang gw ngerasa udah diperbudak sama yang namanya duit. Pontang-panting hanya untuk mencari yang namanya duit. Kalo tanggal jatuh tempo hampir mendekati 'n duit gw masih kurang, bisa mo meledak kepala gw rasanya karena mikirin duit!!

Banyak hal yang berhubungan sama yang namanya duit.
Ada satu hal yang agak bikin bete malem ini, masih berhubungan sama yang namanya duit. Ada kabar dari Manajemen Radio gw, bahwa bakal ada yang mensponsori program malam yang gw bikin. Ada sponsor, ada uang lembur, tambah jam tayang satu jam lagi, tapi dengan aturan harus ngikutin apa mau klien. Klien mau program dirubah jadi empat jam 'n full hanya acara request 'n kirim-kirim salam. What the...........?!?

Kesel banget gw, program yang butuh waktu bermalem-malem untuk menciptakannya. Gimana usaha untuk mengenalkan program ini ke pendengar, gimana supaya mereka mau setia mendengarkan, sampai tercipta Komunitas Pendengar khusus program ini. Tapi karena uang, program ini diceburin lagi masuk ke kolam kejenuhan, balik jadi program biasa aja 'n sama kayak program yang radio lain punya.......BeTe!!!

3 Centimeter Yang Menyiksa


.

Namaku Ferdy Anggoro. Diusiaku yang ke 28 tahun, aku terhitung sebagai lajang yang sukses. Memiliki karier yang mapan sebagai Public Relation sebuah Club ternama di Jakarta. Karier mapan, materi berlimpah, penampilan fisik yang nyaris sempurna, setidaknya begitulah yang selalu dikatakan oleh hampir sebagian orang yang mengenalku.

Memiliki karier sebagai Public Relation sebuah Club ternama, tinggal disebuah apartement dikawasan elite Kemang, punya mobil sport keluaran terbaru, body prima yang selalu di olah di Gym ternama daerah Semanggi, dengan perawatan kulit Dokter pribadi, hampir mendekati sempurna hidupku ini.

Tapi Tuhan memang Maha Adil. Di setiap kelebihan yang dimilki umat-Nya, selalu saja ada kekurangan. Dan aku, sampai detik ini, belum sekalipun cinta menghinggapi diriku. Mustahil memang jika dengan segala yang aku punya, tak ada satu lawan jenis pun yang mengisi hatiku. Banyak sekali wanita yang mencoba mendekatiku, dan hampir semuanya merupakan wanita idaman para lelaki. Tapi entah kenapa, aku tak pernah bisa mencoba menjalin hubungan dengan wanita-wanita itu.

Ada yang salah dengan diriku. Ya, aku sadar betul akan hal itu. Aku betul-betul tak sanggup melawan hal tersebut. Aku juga tak tahu bagaimana aku bisa mengatasi permasalahan itu..

Tracy, 25 tahun, terlahir dari Ibu yang berdarah Yogya dan Ayah yang asli Brazil. Sebagai wanita, Tracy benar-benar luar biasa! Aku baru mengenalnya beberapa hari yang lalu, saat aku sedang mengembalikan video yang aku rental ketempat penyewaan video. Ternyata, Tracy sudah menunggu film yang aku pinjam itu. Disitu akupun memberanikan diri mengenalnya. Luar biasa, bukan hanya wajah dan kulitnya yang lembut. Tapi suara dan tutur katanya, mengalahkan lembutnya kapas atau salju.

Entah kenapa, setelah pertemuan itu aku jadi sering memikirkannya. Banyak alasan pun aku ucapkan, hanya untuk sekedar mengajaknya makan siang atau nonton film terbaru. Ada getar-getar tak tertahankan di dada, setiap aku berada disampingnya. Apakah ini yang dinamakan cinta??

Semakin hari, semakin sering bertemu dengan Tracy, rasa di hati ini semakin tak terbendung lagi. Tracy pun tanpa perlu aku mengucapkan kata-kata keramat cinta, dia sudah mengetahui isi hatiku yang sebenarnya. Ada respon positif yang aku dapat darinya. Sampai akhirnya, Tracylah yang memiliki inisiatif untuk membicarakan hal ini secara serius.

"Sepertinya kita harus mulai memikirkan langkah kedepan dari hubungan kita Fer. Karena, nggak mungkin juga kalo kita cuma seneng-seneng aja kayak ABG!", ucap Tracy.

"Betul juga, tapi aku belum siap!", ujarku.

"Apa lagi yang membuat kamu belum siap? Apa kamu masih ragu denganku?", tanyanya.

"Bukan itu. Justru aku masih ragu dengan diriku!", jelasku.

"Ragu kenapa?", tanya Tracy.

"Aku ragu, apakah aku bisa berkata jujur padamu tentang kondisiku yang sebenarnya", kataku.

"Kamu ngomong apa sih? Jujur apaan? Jangan bilang kalo kamu Gay!", Tracy jadi terlihat kesal.

Aku pikir, sekarang saatnya aku menyelesaikan masalah dengan diriku ini. Aku harus jujur pada gadis yang aku cintai ini.

"Jujur, seumur hidup aku belum pernah pacaran. Kamu tahu itu kan? Tapi kamu nggak tahu kenapa aku bisa seperti itu. Aku hanya merasa takut, takut jika wanita yang aku cintai akan lari meninggalkanku jika dia tahu, bahwa waktu aku kecil 'burungku' terpotong lebih tiga centimeter pada saat disunat!!!"

***

Indonesian Headline News!


.

Kalo seandainya dilempar pertanyaan, kira-kira berita apa yang pas untuk menjadi Headline berita nasional saat ini?
Apakah tentang demo anarkis yang membuat Ketua DPRD Sumatera Utara terbunuh?
Atau tentang Maluku yang kembali membara dengan kerusuhannya?
Tentang adanya lagi kasus praja IPDN yang meninggal?
Tentang kasus Marcella Zalianty, atau tentang banjir yang merendam hampir semua daerah di Indonesia?

Kalo gw, gak akan milih berita-berita tadi. Ada berita laen yang menurut gw lebih pantas untuk dijadiin Headline supaya diketahui masyarakat luas, terlebih pemerintah yang berkompeten dalam masalah ini.
Masalah penggusuran! Ini selalu mengetuk hati nurani gw. Entah itu penggusuran rumah atau kios-kios pedagang kaki lima. Hati nurani, itu musti tetep dipake gw rasa. Jangan asal gusur, asal hancurin tanpa perikemanusiaan. Gw setiap ngeliat berita penggusuran, najis banget ngeliat tingkah Satpol-PP!!
Udah kayak orang hebat aja mereka. Maen hancurin, maen rusak, kadang-kadang juga maen pukul orang! Sama-sama gak punya hati dan otak, persis kayak atasan mereka yang udah menginstruksikan penggusuran itu!

Gw tau, semua penggusuran itu punya tujuan yang baik. Ada yang untuk mengembalikan fungsi daerah resapan, daerah terbuka hijau, atau untuk mengurangi penyebab-penyebab banjir.
Tapi apa gak ada sedikitpun pemikiran di otak para pemimpin yang hebat itu, bagaimana nasib mereka kemudian??
Kemana mereka musti berteduh, setelah rumah mereka digusur?
Bagaimana cara mereka mencari makan, setelah modal usaha mereka dihancurkan?

Terpikir gak seh hal-hal kayak gitu di otak pemimpin yang pastinya ada di kepala, bukan di dengkul atau pantat??
Yang bisa mereka lakukan cuma menyingkirkan penyebab-penyeba permasalahan. Tapi mereka gak mikir kalo ternyata ada efek yang menimbulkan permasalah baru dari penggusuran itu, bukan untuk pemerintah, tapi untuk mereka yang sudah menjadi korban penggusuran itu sendiri.

Kadang-kadang gw berpikir, kayaknya gak perlu deh yang namanya pemerintah. Pemerintah tuh apa seh, gak ada keberpihakan sama sekali ke rakyat miskin. Padahal yang lebih membutuhkan ya kaum miskin ini..Pemerintah, cape deh!!!

Sweetest Thing....


.

Lelah sekali aku hari ini. Ritunitas sehari-hari yang meskipun sudah aku lakukan setiap hari, tapi tetap saja selalu melelahkan bagiku. Seperti biasa, aku sampai dirumah tepat disaat kedua orang tuaku siap untuk rutinitas makan malam bersama. Usai makan malam dengan kedua orang tuaku, aku langsung menuju kamarku, membersihkan badanku, dan bersiap untuk istirahat. Tidak untuk langsung tidur, sekedar hanya untuk meregangkan badan sambil menghubungkan laptop kesayanganku dengan dunia maya.

Email, blog, dan beberapa profilku dalam situs pertemanan aku buka satu persatu. Aku tak menyangka kalau aku cukup populer didunia maya. Terbukti banyak sekali email dan pesan yang masuk dalam personal inbox milikku. Tak ada yang menarik dari setiap pesan yang aku terima setiap harinya. Rata-rata hanya mengungkapkan betapa mereka mengagumi wajahku, bentuk tubuhku, memuji setiap detil lekuk diriku. Hal yang aku pandang cukup wajar karena hanya itu yang mereka tahu tentang diriku, hanya tampilan fisikku yang bisa mereka lihat dari setiap foto yang aku upload dalam semua situs pertemanan itu.

Tak ada syndrom popularitas yang menghampiri diriku. Sejak kecil, aku sudah terbiasa dengan semua sanjungan itu. Tampilan fisikku yang mereka pandang nyaris sempurna, kehidupan pribadiku yang tergolong sukses, membuat semua orang yang mengenalku tak sungkan untuk memujiku.

Namaku Jonathan Budiharjo Smith, usiaku 27 tahun. Aku anak tunggal dari perkawinan campur antara mamaku yang keturunan Jawa tulen, dengan papaku yang berdarah Inggris. Dilahirkan di kampung halaman papaku di Inggris, ternyata tak cukup membuatku lebih mencintai Tanah Britania Raya. Mungkin karena aku jauh lebih mengenal Jakarta sejak usiaku tujuh bulan. Papaku lebih mencintai kehidupannya di Jakarta, itu yang akhirnya membuat kedua orang tuaku memutuskan untuk kembalik ke Jakarta diusiaku yang belum genap satu tahun, setelah mereka sempat menetap selama tiga tahun disana.

Papaku sukses sebagai pengusaha konstruksi, bekerjasama dengan sahabat kuliahnya yang asli Kebumen, Jawa Tengah. Mamaku, beliau seorang dokter yang memimpin klinik khusus wanita di Bilangan Jakarta Selatan. Klinik yang dibangun oleh Papaku, sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang kesepuluh. Meskipun kedua orang tuaku sukses dan cukup padat dengan aktivitas karir mereka masing-masing, itu tak membuatku kekurangan kasih sayang mereka. Orang tuaku rupanya sadar betul bahwa mereka harus tetap memberikan kasih sayang mereka padaku, terlebih aku merupakan anak mereka satu-satunya. Tapi limpahan kasih sayang dan materi itu tak membuatku menjadi manja. Banyak hal yang sangat bermanfaat bagi hidupku yang telah mereka ajarkan padaku.

Aku, diusiaku yang ke dua puluh tujuh ini, aku telah berhasil menyelesaikan program pendidikanku hingga jenjang S3. Suatu prestasi yang mungkin tidak semua orang bisa wujudkan pada usia sepertiku saat ini. Tapi aku menilai itu semua sebagai hal yang tidak terlalu luar biasa. Semua gelar aku raih dalam waktu singkat, semata-mata hanya karena rasa tanggung jawab pada kedua orang tuaku yang telah jauh-jauh hari mempersiapkan dana untuk biaya pendidikanku.

Saat ini aku bisa dibilang sukses dalam memimpin Firma Hukum dan Perusahaan Advertising yang aku dirikan dari hasil tabunganku selama ini. Terkadang aku merasa sangat beruntung, hidup dengan banyak limpahan materi, tapi hal itu tak membuatku menjadi konsumtif dan boros. Tak heran, uang yang sejak kecil selalu aku dapatkan dari kedua orang tuaku dan keluarga besarku ternyata bisa terkumpul dalam jumlah yang luar biasa dalam rekening pribadiku.

Aku memang sangat beruntung! Bukan bermaksud untuk sombong, tapi aku juga tak bisa bersikap sangat tidak bersyukur dengan mengatakan bahwa hidupku biasa-biasa saja. Semua serba mudah bagiku. Kehidupanku nyaris sempurna, begitupun orang lain memandang fisik diriku. Perkawinan campuran membuatku memiliki wajah, kulit, penampilan fisik yang diidam-idamkan setiap orang. Tapi itu ternyata tak mempermudah kehidupan cintaku. Bukannya aku tak laku, aku sudah menjalin cinta dengan beberapa wanita. Hanya saja, tiga tahun belakangan ini aku memutuskan untuk menikmati kesendirianku. Sebetulnya aku hanya merasa bingung, banyak wanita yang pernah menjadi kekasihku. Tapi aku tak merasakan apa yang namanya cinta. Semuanya datar, hanya ketertarikan sesaat. Tak ada satupun dari mereka yang bisa membuatku berdebar-debar kencang saat berada disisinya. Tak ada yang bisa membuatku menangis saat aku merasakan rindu yang menggebu. Semuanya terasa datar....

***

"Beep, beep, beep, beep,...", aku dibangunkan oleh alarm jamku.

Pukul 05.30 aku bangun hari ini. Agak sedikit telat dari kebiasaanku bangun jam lima pagi. Aku memang sengaja menyetel alarmku 30 menit lebih siang dari biasanya, karena sabtu ini aku tak memiliki jadwal yang cukup berarti. Setelah menyelesaikan ibadah sholat subuhku, aku bersiap untuk jogging keliling komplek rumahku pagi ini. Aku pasang earphone, dan memutar lagu-lagu kesukaanku yang aku simpan dalam Blackberryku.

"Blings.....", nada sms ponselku berbunyi.

Satu sms diterima, satu sms notifikasi bahwa aku mendapatkan satu pesan dalam salah satu profilku disalah satu situs. Aku pikir nanti saja aku baca sesampainya aku dirumah, karena aku benar-benar sedang menikmati udara pagi ini yang segar.

"Nathan, sarapannya udah siap. Kita makan dulu yuk?", suara mama memanggilku dari dalam rumah ketika aku sedang bermain-main dengan Samson, kucing Bengalku, sepulang jogging.

"Waaaah, nasi uduknya mantap banget Ma!", ujarku sambil mencium pipi kedua orang tuaku yang sudah siap dimeja makan.

"Mama beli atau bikin nasi uduknya?", tanyaku.

"Udah, nggak usah banyak tanya. Yang penting enak kan?"

Mama memang The Best Mom In The World buatku. Beliau tahu betul bagaimana membuat suami dan anaknya bahagia setiap detiknya.

***

To : Jonathan
Subject : Hi!

Message:
Jika cinta hadir untuk memberikan bahagia, kenapa selalu saja ada yang menangis dan tersakiti karena cinta?

Apa ini? Aku sedikit tak mengerti. Satu pesan dari Profil tanpa foto dan identitas diri yang lengkap, bernama Gundala. Sudah seperti tokoh superhero masa kecil saja. Meskipun penuh dengan tanda tanya, aku tetap mencoba membalas pesan itu.

To : Gundala
Subject : Re:Hi!

Message:
Tak ada jawab dari tanya tentang cinta. Karena aku tak tahu apakah cinta itu sebenarnya.

Regards

-Nathan-

***

Sudah seminggu sejak aku menerima dan membalas pesan dari Gundala. Tapi sampai detik ini, tak ada balasan satupun darinya. Mungkin dia tak berkenan dengan jawabanku tempo hari. Atau dia sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu dari yang lain, yang mungkin juga dia kirimi pesan.

Kenapa aku jadi berharap-harap cemas seperti ini? Aku tak betul-betul mengenalnya, tapi kenapa aku sepertinya sangat berharap akan balasan pesannya?
Aku pikir, dari pada aku mati penasaran, aku putuskan untuk mengirimkan pesan padanya.

To : Gundala
Subject : Re:Hi!

Message :
Karena akupun tak tahu akan definisi cinta, apakah kamu berkenan untuk membagiku jika ternyata kamu sudah mendapatkan jawabnya?

Regards

-Nathan-

Aku hanya ingin tahu, jawaban seperti apa yang sudah dia dapatkan dari pertanyaannya tempo hari. Ya, itulah alasan yang mendasariku untuk mengirim pesan padanya kali ini.

***

Hari ini, segudang jadwal pertemuan sudah memenuhi daftar kegiatanku satu hari ini. Ditengah macetnya jalanan Ibukota, aku betul-betul bersyukur dengan pesatnya kemajuan teknologi. Dunia maya bisa aku selancari dengan laptopku, meskipun ditengah kemacetan pagi ini. Cukup bisa menghiburku, dan jauh lebih terhibur ketika dalam inbox pesan, aku menemukan nama Gundala. Senang sekali aku melihatnya, dengan penuh antusias aku buka pesan itu.

To : Jonathan
Subject : Re:Re:Hi!

Message :
Wild Cat Cafe, Kuta Bali.
Jam 20.00, tanggal 21 Maret 2008.

Apa maksud isi pesan ini? Apa dia memintaku untuk menemuinya ditempat dan waktu yang dia tuliskan dalam jawaban pesannya itu? 21 Maret 2008, itu berarti lusa. Kenapa dia harus mengajakku bertemu ditempat yang cukup jauh untuk hanya sekedar berbagi jawaban atas pertanyaannya? Sangat merepotkan!

To : Gundala
Subject : Re:Re:Re:Hi!

Message :
Memangnya nggak bisa ya kalau sekedar berbagi jawaban tanpa harus ke Bali?
Setidaknya, kita bisa ngobrol via email atau telp.
Here's my email : smith.jonathan.b@yahoo.co.uk

Regards

-Nathan-

***

"Penerbangan terakhir ke Bali jam 3 sore ini Pak!", ujar assistenku, saat aku minta dia mengecek jadwal penerbangan.

"Ok, booking satu tiket buat saya", pintaku.

Aku memutuskan untuk berangkat ke Bali menemui Gundala. Tak ada balasan terhadap pesan terakhirku. Aku pikir, untuk memuaskan rasa penasaranku, tak ada salahnya aku temui dia. Kalaupun ternyata Gundala itu tak juga menunjukkan batang hidungnya ditempat yang sudah ditentukannya, toh aku tetap bisa menikmati Bali untuk sesaat.

***

Sudah hampir jam tujuh malam. Setelah beristirahat dan menyegarkan diriku dikamar hotel yang aku booking untuk satu malam ini saja, aku memutuskan untuk menuju tempat yang sudah disebutkan Gundala. Dalam perjalananku, aku tersadar, bodohnya aku. Bagaimana aku bisa bertemu dengan Gundala? Aku bahkan tak tahu seperti apa rupanya? Bagaimana aku bisa menghubunginya, kalau seandainya dia tak datang juga? Bodohnya!!!

Tapi aku pikir, ya sudahlah. Aku berangkat saja untuk makan malam, toh perutku sudah sangat lapar dan siap untuk satu porsi Sirloin Steak dan segelas Vanilla Milk Shake. Kalaupun Gundala datang, dia pasti akan menghampiriku, karena dia pasti tahu wajahku dari foto-foto yang aku upload di profilku.

Sambil menikmati menu yang aku pesan, aku mentertawakan diriku. Mentertawakan kebodohan yang sedang aku lakukan. Hanya untuk mendapatkan jawaban akan pertanyaan yang bukan muncul dari benakku, aku sampai mau pergi ke Bali, untuk menemui orang yang sedikitpun tak aku kenal. Seorang laki-laki, ya, laki-laki! Bodohnya aku ini....

"Sebetulnya, cinta tak akan membuat orang lain meneteskan air mata karena merasa disakiti cinta, jika saja orang mau menyadari bahwa sakit yang dirasakannya itu adalah bagian dari cinta itu sendiri", aku tiba-tiba dikejutkan oleh suara laki-laki yang ternyata sudah duduk cukup lama dimeja sampingku.

Seorang laki-laki, tinggi dan tegap. Kulitnya sawo matang, khas kulit orang Indonesia. Cukup tampan menurutku, dan terlihat menjadi lebih tampan dengan penampilannya yang bersih dan rapi. Mungkin usianya sepantar denganku. Atau setidaknya hanya terpaut 2-3 tahun lebih tua dari usiaku.

Aku mengernyitkan dahi. Mungkinkah dia Gundala?

"Ikut aku, disini terlalu ramai. Kita nggak akan leluasa ngobrol ditempat seramai ini", pintanya.

Saat ini, aku merasa ini adalah moment terbodoh dalam hidupku. Bagaimana bisa aku mengikuti kemauan orang yang sama sekali tak aku kenal. Bagaimana kalau aku dibawa ketempat yang sepi, aku dirampok, dibunuh, dan dimutilasi pikirku? Ya Tuhan, bodohnya aku. Tapi aku bagai dihipnotis, aku ikuti kemana laki-laki itu melangkahkan kakinya.

Ternyata hanya ke pantai Kuta, yang berada tepat diseberang cafe. Dia mengambil tempat yang agak jauh dari keramaian. Agak mendekat dengan bibir pantai. Dia membuka sepatunya, dan dijadikan alas untuk duduk diatas pasir putih yang membentang luas. Seperti dihipnotis, akupun ikut duduk tepat disebelah kanannya.

"Thank's udah mau jauh-jauh dateng ke Bali", ucapnya.

"It's ok, gambling juga. If I didn't meet you here, setidaknya bisa lari sebentar dari Jakarta", belaku sedikit menutupi kebodohanku yang menggebu-gebu.

"Bali memang jauh lebih menyenangkan dibanding Jakarta, betulkan kan Bapak Untung?"

Bapak Untung? Wah, dia salah orang pikirku. Kenapa dia panggil aku Untung?

"Kayaknya kita saling salah mengenali orang deh", ujarku seraya berdiri dan bersiap pergi. Karena mungkin saja Gundala yang sebenarnya sedang mencari-cariku di cafe saat ini.

"Aku mungkin saja salah, apalagi kalau ternyata kamu bukan Untung Budiharjo yang aku maksud", ujarnya sambil tetap memandang ke laut lepas.

Untung Budiharjo? Hanya satu orang yang pernah dan selalu memanggilku begitu. Kenapa Untung, karena menurutnya aku adalah orang yang paling beruntung di dunia ini. Aku langsung duduk tepat dihadapannya, dan mencoba mengamati wajahnya dengan seksama.

"Wira?", tanyaku sambil mencoba mengenali wajah tampan dihadapanku saat ini.

"Maaf, waktu itu aku nggak sempat pamit sama Pakde dan Bude Smith. Karena Eyang tiba-tiba memaksaku untuk ikut dengannya pindah ke Australia".

Sontak aku memeluk erat tubuhnya. Wira Adiputra, sahabat kecilku dulu. Sahabat yang sudah seperti saudara kembarku sendiri. Sahabat yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar, seiring dengan kepergian kedua orang tuanya dan kakak perempuannya karena kecelakaan pesawat yang mereka tumpangi sepulang dari menjenguk Eyangnya yang bermukim di Australia.

Perasaanku campur aduk, ada rasa sedih, bahagia, dan perasaan aneh lainnya yang bercampur dengan kenangan masa kecilku yang tiba-tiba hadir dalam ingatanku. Semakin erat aku memeluknya, rasa-rasanya tak ingin aku melepaskan pelukan ini dan kehilangan sahabatku ini untuk yang kedua kalinya.

***

Aku bangun sangat siang hari ini, jam 10.30 wita. Banyak yang aku bicarakan bersama Wira hingga pagi tadi, dan aku masih di Bali saat ini. Tapi siang ini, aku harus segera kembali ke Jakarta. Karena aku janji pada orang tuaku bahwa aku hanya satu malam saja di Bali. Lagipula, mereka pasti akan senang sekali dengan kejutan yang aku bawa dari Bali.

Setibanya di Jakarta, aku langsung pulang kerumah. Tak aku gubris rengekan assistenku yang memintaku untuk mampir sebentar kekantor. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan orang tuaku dan melihat ekspresi wajah mereka jika tahu siapa yang ikut denganku dari Bali saat ini.

"Ma...Pa...Nathan pulang!", aku berteriak-teriak seperti anak kecil.

Rupanya kedua orang tuaku sedang berada dihalaman belakang, merawat tanaman-tanaman hias mereka.

"Ma, Pa, Nathan punya tamu spesial yang Nathan bawa dari Bali", ujarku antusias sekali.

"Apa kabar Pakde, Bude?", Wira langsung memberi salam kepada kedua orang tuaku.

"Gimana rasanya Pakde sama Bude punya anak sukses kayak Untung?", tanya Wira memancing ingatan kedua orang tuaku.

"Wira??", mama ternyata bisa langsung mengenalinya.

Merekapun langsung menghampiri dan memeluk Wira. Beribu pertanyaanpun langsung meluncur dari mulut kedua orang tuaku bagi Wira. Mungkin mereka juga seperti baru saja menemukan anak mereka yang pernah hilang. Hari ini, rumahku dipenuhi canda tawa kebahagiaan yang penuh dengan nostalgia. Menyenangkan sekali...

***

Sudah seminggu Wira berada dirumahku. Sudah seminggu pula aku banyak mendelegasikan pekerjaanku pada assistenku dikantor. Aku hanya mau menghabiskan waktuku bersama Wira, selagi dia masih ada disampingku dan belum terpikir untuk kembail ke Australia. Akupun bisa melihat, bahwa Wira pun seolah-olah masih enggan kembali ke negeri kangguru itu. Terbukti, sampai detik ini Wira masih belum tahu kapan dia akan kembali ke Australia.

"Aku tuh bener-bener nggak nyangka bisa nemuin kamu di situs itu", ucap Wira membuka obrolan malam ini setelah aku selesai mandi sebelum berangkat tidur.

"Kok bisa ya? Maksudku, kenapa baru sekarang kamu nyari aku? Dulu-dulu kemana aja, gak pernah ada kabar?", tanyaku.

"Sebetulnya, aku nggak pernah bisa ngelupain kamu, Untung! Cuma selama ini aku juga nggak tahu harus kasih kabar kamu kemana? Aku nggak tahu alamat pos rumah kamu. Mau telpon kamu dari Australia, aku nggak berani. Kamu tahu kan kayak apa galaknya Eyangku? Begitu aku diem-diem bisa telpon kamu, ternyata keluargamu udah pindah dari rumah di Bintaro. Dari situ, aku bingung gimana caranya bisa hubungin kamu", Wira coba menjelaskan.

"Terus?", tanyaku meminta penjelasan yang lebih lengkap.

"Ya terus, sampai beberapa minggu kemarin, aku iseng cari nama kamu di situs pertemanan itu. Ternyata gampang banget, dan langsung ketemu. Aku pikir, kenapa nggak dari dulu aku cari disitu. Siapa tahu kita bisa ketemu lebih cepet".

"Nggak ada kata terlambat. Aku seneng banget kita bisa ketemu lagi", ujarku.

"Aku juga! Aku nggak mau pisah dan kehilangan kamu lagi, Ntung", ucap Wira seraya mendekapku dari belakang dengan erat.

Tak ada perasaan risih pada saat Wira memelukku. Meskipun tubuhku hanya dibalut sehelai handuk. Aku bahkan merasa sangat nyaman, dan tak ingin Wira melepaskan pelukan itu. Kecupan lembut dan pelan yang Wira daratkan dipundakku pun, menghadirkan kehangatan dan sensasi yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Pundak, tengkuk, leher, pipi, lalu bibirku. Membuat kami semakin menikmati sensasi yang sangat luar biasa, menyeret menjauh dari daratan logika.

Ketika aku membuka mata, kurasakan hangat diriku dalam dekapan. Kubuka mataku, ternyata aku berada dalam dekapan Wira, tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami. Kudorong tubuh Wira menjauh! Ya Tuhan, apa yang telah terjadi? Ini semua salah, salah besar! Kenapa ini semua sampai terjadi? Kenapa??

***

Tak ada pelukan hangat ataupun jabat perpisahan untuk Wira. Setelah kejadian itu, aku langsung menjaga jarak dan menjauh dari Wira. Aku sibukkan diriku dengan semua pekerjaan kantorku. Bahkan aku lewatkan rutinitas sarapan dan makan malam dirumah bersama orang tuaku, semata-mata agar aku tak perlu bertemu langsung dengan Wira. Diapun menyadari gelagatku, hingga akhirnya, beberapa hari kemudian Wira memutuskan kembali ke Australia.

Semua yang telah terjadi malam itu antara aku dan Wira, betul-betul membuatku pusing kepala. Aku terus bertanya-tanya, kenapa itu semua bisa sampai terjadi? Aku tahu itu semua tidak benar, tapi kenapa aku tak menolaknya, bahkan aku merasa bahwa aku juga menikmatinya malam itu. Tapi itu semua salah, dan tak boleh terjadi!

Sejuta tanya melintas dibenakku.Kenapa semua itu bisa terjadi? Kenapa aku dan Wira bisa sampai melakukan hal itu. Tapi tak satupun jawab yang bisa aku dapatkan. Wira, ya mungkin Wira bisa menjawab semua tanya yang muncul pasca kejadian malam itu. Tapi bagaimana aku bisa menghubungi Wira? Aku belum sempat menanyakan alamat tempat tinggalnya di Australia. Bahkan nomer telponnya pun aku tak sempat menanyakan. Hanya ada satu kemungkinan, situs pertemanan tempat Wira menemukanku. Meskipun kemungkinannya kecil untuk Wira membalas pesanku. Tapi setidaknya aku coba dulu.

To : Gundala
Subject : Re:Re:Re:Re:Hi!

Message :
Wira, banyak tanya yang muncul dalam benakku akan hal yang telah terjadi antara kita malam itu.
Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan semua jawaban itu?
Aku perlu ketemu kamu.
Tapi bagaimana dan kemana?
Need your reply a.s.a.p!

Regards

-Nathan-

Semoga Wira membalas pesanku secepatnya. Aku sangat berharap akan hal itu, karena aku tak mau terus-terusan dihantui kebingungan. Semoga...

***

Tuhan, sudah satu bulan dan tak ada jawaban dari Wira. Kemana Wira? Kenapa? Apakah Wira kecewa dan marah padaku?

Semua ini betul-betul menyiksaku. Semakin banyak tanya yang muncul. Semakin hari, akupun semakin tersiksa. Aku mulai merindukan Wira, sangat merindukannya. Tak mudah bagiku setiap malam untuk memejamkan mata. Semua membayangiku, tempat tidur dan kamar ini menjadi saksi bisu apa yang terjadi antara aku dan Wira. Kini, kamar inipun kembali menjadi saksi ketika aku meneteskan air mataku, menangisi hatiku yang semakin merindukan Wira. Aku merindukannya disampingku, merindukan peluknya, ciuman dan belaian lembutnya. Aku betul-betul merindukan Wira.

Ya Tuhan, apa yang terjadi pada hamba-Mu ini? Hamba tahu ini semua salah dan tak benar. Tapi, apakah ini yang dinamakan cinta? Hamba tak pernah minta untuk mencintai dengan cara seperti ini. Tapi kenapa? Kenapa Engkau mengkaruniakan perasaan ini pada hamba?

Wira, aku mencintaimu!

***

Pagi, siang, sore, dan malam. Bahkan disetiap waktu senggangku, aku sempatkan terus untuk melihat inbox profilku. Hampir dua bulan, semua itu menjadi aktivitas baruku. Aku terus berharap, berharap tanpa tahu kapan Wira akan menjawab pesanku. Akupun tak tahu, apakah Wira akan menjawab pesanku atau tidak.

"Tok...Tok...Tok!", ketukan pintu kamarku mengejutkan lamunanku.

"Nathan, ada surat buat kamu!", ternyata mama yang mengetuk pintu kamarku.

Perlahan aku buka pintu kamarku, "Dari siapa Ma?", tanyaku.

"Lihat aja sendiri", seraya menyodorkan surat beramplop coklat itu.

Wira! Ya Tuhan, akhirnya jawaban itu datang. Tak sabar kubuka amplop surat berperangko Queen Elizabeth itu. Selembar kertas dengan tulisan tangan itupun aku baca perlahan.

Melbourne, June 15, 2008

Dearest, Untung.
Kabarmu, aku harap semuanya baik-baik saja. Aku benar-benar berharap bahwa kamu akan baik-baik saja, terlebih dengan semua yang telah terjadi antara kita. Aku tahu, pasti banyak sekali pertanyaan yang ingin kamu sampaikan padaku. Sebelumnya, aku betul-betul minta maaf jika semua yang telah terjadi diantara kita itu menyakitkan hatimu. Tapi aku hanya bisa berkata, bahwa aku tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Hari-hari yang aku lewatkan, semua yang terjadi bersamamu selama aku di Jakarta, semuanya sangat membahagiakanku. Bersyukur aku masih sempat menemuimu, masih sempat merasakan bahagia bersamamu. Aku tak tahu apalagi yang harus aku tuliskan disini, apalagi yang harus aku katakan padamu.

Aku mencintaimu, Jonathan Budiharjo Smith!

Semoga itu bisa memberimu jawaban akan semua yang telah terjadi dan dirasakan diantara kita.



Love you!

Wira Adiputra


Ternyata benar! Apa yang aku rasakan ini adalah cinta. Kenapa disaat cinta yang selama ini aku impikan tiba, aku justru harus kehilangan cinta itu? Aku tak peduli meskipun cinta yang kurasakan ini salah. Aku hanya ingin merasakan dan membiarkan cinta itu tetap ada dalam ruang hatiku. Wira, aku akan terus menyimpan cinta ini untukmu, hanya untukmu. Meskipun aku tak tahu, apakah kau akan kembali menemuiku untuk merajut cinta kita berdua atau tidak. Aku cinta kamu Wira....

F**k Nite!!


.

Last nite, it was a f**kin' bad nite for me!!
Nyebelin abis deh pokoknya...

Padahal, pas sorenya gw berpikir bahwa hari itu gw menjalani dengan lancar, dan merasa bahwa hidup gw lebih terarah. Apalagi, gw dengan baik hati ngasih sepasang hamster ke salah satu pendengar gw, bahkan nawarin juga ke yang laennya..

Tapi pas gw mo mulai on air program malam, gw mulai bete! Gara-garanya, satu folder khusus program malam gw, yang isinya open-close, backsound, and bumper masing-masing program tiap malam, amblaaaaaas alias H.I.L.A.N.G!!

Kesel banget, gw memulai program tanpa Opening Bridge dll, ngeselin banget pokoknya!!!
Gw gak tau, siapa yang udah ngedelete folder itu?!
Yang pasti orang itu bener-bener nggak menghargai gw. Dia nggak tau gimana gw ngebut semaleman, tidur pagi buat ngetik scriptnya. Gimana gw harus bujuk-bujuk temen-temen gw buat stay di radio, buat Voice Over ngisi suara ampe tengah malem. Gimana gw ngebujukin temen gw buat bantu gw final mixing, gw rela-relain traktir apa yang temen gw mau, demi supaya gw punya Open-Close, Bumper, Spot, and Backsound yang ok buat enam hari program malem gw. Tapi orang sialan ini dengan seenaknya ngedelete gitu aja. Apa salah gw coba??
Kayaknya diradio, cuma gw orang yang gak pernah mau cari-cari masalah deh... Kebangetan!!!

Heart Rock, Bukan Hard Rock...!!


.

Hati batu?
Maksud gw sebetulnya adalah, hati sekeras batu. Gw baru sadar, kayaknya hati gw sekarang jadi sekeras batu deh. Air mata kayaknya bakal semakin jarang netes dari mata gw. Gw baru sadarin itu..

Semakin hari, hati gw kayaknya semakin mengeras, apalagi untuk urusan yang namanya cinta. Kayaknya gw gak akan pernah menangis lagi oleh yang namanya cinta. Setiap gw denger curhat, nemu masalah, atau berhadapan dengan cinta, gw ngerasa hati gw nggak tergerak atau tersentuh sedikitpun.

Apakah gw jadi nggak percaya sama yang namanya cinta?
Definis dan pencitraan cinta udah hancur lebur buat gw semenjak Ortu gw cerai. Nggak lama dari situ, gw dicampakin sama cinta pertama gw, yang kemudian gw denger dia lebih memilih laki-laki lain. Cinta langsung berubah jadi hambar buat gw. Terlebih setelah beberapa kali gw coba bermain cinta, tapi yang gw dapet bukan cinta yang sebenarnya. Gw hanya menemukan beberapa orang yang hanya menginginkan pelampiasan nafsu dan pemenuhan materi belaka. What the f**k?!?

Gw jadi kapok, gw jadi susah tergerak n tersentuh sama yang namanya cinta.

Bukan hanya masalah cinta. Masalah-masalah lain dalam kehidupan juga nggak lagi bisa bikin gw nangis dimalam hari, disaat gw merasa masalah itu terlalu berat. Yang ada sekarang, disaat gw menghadapi masalah yang berat, gw hanya akan berpikir dan berpikir untuk mencari jalan keluar dari masalah itu, meskipun untuk itu gw harus melewati malam-malam gw tanpa terpejam sedetikpun sampe pagi. Cukup menyiksa fisik, tapi yang ada dikepala gw, setidaknya gw nggak jadi cengeng dan meratapi nasib. Masalah itu untuk dihadapi dan dicari jalan keluarnya, bukan untuk diratapi dan ditangisi!

Sekarang, setiap gw menemukan orang yang meratapi dan menangis karena masalah-masalah dalam hidup mereka, baik masalah cinta atau yang lain. Hati gw nggak sedikitpun bisa berempati untuk masalah mereka. Gw seolah-olah mentertawakan kelemahan mereka. It's really not good to me!

Untungnya, hati gw belum 100% mengeras dan membatu. Gw masih bisa tersentuh sedih karena iba, kalau melihat beberapa hal secara langsung. Melihat penderitaan karena perang, karena kemiskinan, ketidakberuntungan, ketidakberdayaan, kesewenang-wenangan, dll. Gw masih bisa merasakan sakit yang teramat dihati gw karena menahan tangis, tiap melihat hal-hal itu.

Gw berharap, jangan sampe hati gw bener-bener membatu. Gw masih butuh air mata itu, supaya gw masih tetap pantas disebut 'manusia'...

Jangan Panggil Aku Rassis!!


.

Satu minggu kemarin, status profil gw di Facebook adalah "Fuck U Israel!!". Suatu kalimat ungkapan kekesalan gw terhadap tindakan brutal Israel. Whatever the reason is, apa yang Israel lakuin gak bisa dibenarkan, betul??? Nothing that I can do, jadi gw cuma mengungkapkan kekesalan gw lewat kalimat itu. Tapi bukan berarti gw membenci orang Israel. Karena gw tau, gak semua orang Israel setuju dengan Agresi yang dilakukan pemerintahnya. Terbukti, beberapa friendlist gw yang notabene orang Israel, gak ada yang gw delete n gak ada yang jadi korban tindakan membabi buta gw.

Taaaaaaaaaapi, ada satu orang yang menuding gw Rassis!
Gw gak kenal orang ini, tapi ternyata dia ada di friendlist gw. Gw juga gak tau siapa dia n gak bisa tau siapa, cus dia langsung delete gw dari listnya karena baca status gw. Dia bilang gw "Rassist Ass"! What the...Dia menjudge gw, seolah-olah dia yang paling benar. Seolah-olah dia paling tau apa yang menjadi alasan perang itu. Gw jawab aja, kalo emang Israel bener, kenapa seluruh dunia mengecam n mengutuk tindakan mereka? Gw bilang aja, siapa yang Rassis disini kayaknya udah jelas banget. Terbukti, siapa yang langsung ngedelete dan menjudge orang hanya karena nggak sepaham dengan pendapatnya..Sinting tuh orang!



Hari minggu kemarin juga ada yang sok-sok nakut-nakutin gw via sms studio, pas gw siaran pagi. Yah, seperti biasa, gw sempet curhat colongan dan mengekspresikan kekecewaan gw terhadap Israel. Komentar gw emang lumayan pedes seh, dan terdengar emosional. Cuma gw berpikir wajar, gw cuma mencoba mewakili perasaan jutaan orang diluar sana yang sangat membenci tindakan Israel.

Eeeeeeh, tiba-tiba ada yang sms ke nomer studio. Bilang gw harus hati-hati bicara. Banyak mata-mata CIA yang bakal nyiduk orang yang Rassis macem gw. Whaaaaat???
Gw bilang aja, sok ciduk gw! Biar gw ada disetiap headline berita diseluruh dunia, biar gw jadi beken!! Wohohoho..... Berani banget ya gw??? Hehehehehe...

Pokoknya, gw cuma mo bilang, Jangan Panggil Aku Rassis!!

Bila Kuingat....


.

Sepuluh jam sudah aku menunggumu disini. Stasiun ini seolah-olah sudah menertawakan kebodohanku karena sudah mau menunggumu hampir separuh hari ini. Akupun yakin, semua orang pasti juga sedang menertawakanku saat ini. Aku yang naif dan bodoh, yang sudah memilih untuk meninggalkan rumah demi mewujudkan cinta yang selama ini terhalang restu orang tuaku. Tapi kamu, orang yang sudah aku pilih untuk melabuhkan cinta ini, orang yang sudah menjadikanku anak paling durhaka dalam keluargaku, ternyata sudah memberikanku tamparan keras, sekeras hati ini......

'Braaaakk!!'

Sudah buta sepertinya gadis didepanku ini, sampai dia menabrakku padahal tempat ini begitu luas. Tak ada kata maaf terlontar dari bibirnya, dia hanya menatapku kaku. Aaah... Sudahlah, kepalaku masih pusing, tak perlu aku menambah masalah dengan orang yang tak kukenal itu.

Sepertinya aku memang anak yang tak berguna. Aku semakin menyadari betapa orang tuaku sangat menyayangi diriku. Tak ada kemarahan yang keluar akibat kebodohan yang aku perbuat. Padahal aku sudah tak menghiraukan mereka, dan memilih pergi dengan wanita yang ternyata memang tak sungguh-sungguh kepadaku. Meskipun hatiku hancur karena aku sudah terlanjur menggantungkan impian masa depanku padanya, tapi sepertinya aku benar-benar harus bangkit dari keterpurukan ini.


***



"Banyu, hari ini kamu ikut Papa ke cafe kita ok?", suara Papa membuyarkan lamunanku.

"Yah, itung-itung refresh aja, biar kamu gak terlalu jenuh dirumah"

Papa mungkin benar, aku harus keluar dari semua ini. Setidaknya kali ini aku coba jadi anak yang patuh pada orang tuanya. Anggap saja aku mulai belajar mengenal lebih banyak lagi tentang cafe itu, karena cepat atau lambat aku harus mengelola cafe itu. Setidaknya begitulah yang sudah diatur oleh kedua orang tuaku. Aku meneruskan bisnis cafe mereka, dan Lury adik perempuanku, meneruskan bisnis salon milik Mama.

Sudah cukup lama juga aku tak pernah datang ke cafe ini. Ada romansa masa kecil yang hadir ketika aku sampai di cafe ini. Ketika aku dan Lury masih kecil, setiap akhir pekan kami selalu menghabiskan waktu kami di cafe ini. Cafe ini memang sudah menjadi bisnis turun temurun dari keluarga Papa.
Semuanya begitu nyaman dan hangat sekali disini. Aku mulai kembali mencintai tempat ini. Tapi, ada yang menggangu pandanganku. Siapa gadis yang ada di meja kasir itu? Sepertinya aku mengenal wajahnya, tapi siapa dan dimana??

Gadis di meja kasir itu, entah kenapa tiba-tiba mengusik hatiku. Aku tak begitu paham kenapa, aku bahkan tak begitu yakin apa aku pernah mengenalnya atau tidak. Tapi wajahnya, sepertinya aku pernah melihat wajah itu. Ya, wajah yang cantik tanpa make up sedikitpun. Tapi kecantikan itu tertutup dengan kekakuan yang tersirat diwajahnya, seolah memendam kesedihan dan kebencian.
Aaaaah....Aku ingat sekarang!
Dia adalah gadis yang menabrakku di stasiun kereta tempo hari.


***


"Pa, kasir di cafe yang shift siang kemarin siapa namanya?", aku mencoba memberanikan diri bertanya disela-sela makan malam kami.

"Hmmmm, kenapa memangnya?", tanya Papa.

"Heran aja, kok Papa bisa mempekerjakan perempuan judes tanpa ekspresi seperti itu?"

"Namanya Lintang. Dia tak seburuk yang kamu kira kok. Anaknya pintar, pekerja keras, dan selalu bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Papa tahu, terkadang dia memang terlihat kaku dan dingin. Papa juga terkadang berpikir, apakah ada masalah berat yang selama ini menyelimuti kehidupannya. Tapi menurut Papa, selama itu tidak menggangu pekerjaannya dan menurunkan kinerjanya, ya biarkan saja".

Ternyata benar dugaanku. Lintang bukan hanya kaku dan dingin karena menabrakku tempo hari, tapi memang sepertinya begitulah pembawaannya sehari-hari. Aku jadi penasaran, sebetulnya apa dan kenapa gadis secantik dia bisa jadi sangat kaku dan dingin seperti itu??


***


Semakin hari rasa penasaranku akan Lintang jadi semakin besar. Terlebih setelah aku mencoba mengamati sendiri semua gerak-gerik Lintang di cafe. Tapi aku sadar, kalau aku hanya memperhatikan dia ditempat kerja, aku tidak akan medapatkan jawaban dari semua pertanyaan yang muncul dibenakku tentang Lintang. Aku harus mencari tahu lebih tentang dia.

Malam ini aku putuskan untuk mengikuti dia pulang. Tak jadi masalah meskipun dini hari, karena aku harus mencari tahu lebih tentang dia. Sekaligus aku khawatir dengan keselamatannya pulang dini hari, karena baru kali ini aku membuat jadwal shift malam untuknya. Tujuanku cuma satu, pengintaian akan jauh lebih leluasa dilakukan pada malam hari dibandingkan siang atau sore hari. Sudah seperti detektif swasta saja aku ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Perlahan aku mengikuti taksi yang ditumpangi Lintang. Taksi itu membawa kesuatu pemukiman yang cukup padat, rumah-rumah berdiri berhimpitan. Aku berpikir, mungkin tak ada privasi bagi penduduk pemukiman ini. Karena satu bangunan dengan bangunan yang lain saling berhimpitan.

Rupanya aku harus meninggalkan mobilku diujung gang. Gang itu tidak terlalu sempit dan gelap, tapi cukup bisa menghilangkan keseimbanganku. Teman-temanku bilang, ini salah satu bentuk Phobia. Aku bisa merasa pusing dan kehilangan keseimbangan jika berada dilorong sempit dan gelap. Aku benar-benar pusing, aku bingung tak tahu harus berjalan kearah mana. Sampai tiba-tiba ada tangan yang menopangku, dan akupun tak sadarkan diri.

Kepalaku masih agak pusing. Aku coba membuka mataku dan melihat sekeliling. Dimana aku? Aku tak mengenal tempat ini?

"Istirahat saja dulu kalau Bapak masih merasa pusing"

Aku mencoba mencari dari mana asal suara itu, sampai tiba-tiba wajah itu muncul dihadapanku dan sedikit membuatku terkejut.

"Maaf mengagetkan. Bapak tadi pingsan diujung gang, makanya Bapak saya bawa kerumah. Kalau Bapak masih mau istirahat, silahkan saja. Saya tunggu diteras depan saja, jadi kalau ada perlu silahkan panggil saya didepan".

"Kenapa harus tunggu diteras? Inikan sudah hampir pagi, dan kamu baru pulang kerja. Memangnya kamu nggak mau istirahat?", tanyaku dengan penuh heran.

"Maaf Pak, saya tinggal disini sendiri. Saya tidak mau timbul fitnah dari tetangga jika mereka tahu ada laki-laki yang menginap dirumah saya"

"Oh, maaf kalau begitu", aku jadi tak enak hati pada Lintang.

"Saya pamit aja kalo gitu, sudah mendingan kok. Kamu kan harus istirahat, saya juga lebih baik istirahat dirumah aja", lalu akupun bergegas pulang.


***


"Bisa keruangan saya sebentar Lintang?", aku memintanya ketika kami bertemu malam ini di cafe.

"Tok..Tok..Tok.."

"Masuk!", seruku.

"Maaf, Bapak panggil saya? Ada yang bisa dibantu?", Lintang bertanya dengan bahasa tubuh yang membentangkan jarak antara kami, seperti budak dengan majikan.

"Duduk dulu, santai aja. Belum banyak pengunjung kan?"

"Tapi Pak?"

"Pak? Emang saya keliatan tua banget ya?", aku coba melontarkan canda untuk sedikit melonggarkan ketegangan antara kami.

"Maaf, bukan maksud saya..."

"Iya, saya ngerti", aku coba memotong pembicaraannya.

"Just relax...Kalo lagi kerja, gak apa-apa panggil Bapak. Diluar itu, panggil Banyu aja. Nah sekarang, aku cuma mau bilang terima kasih karena kamu udah nolong aku."

"Sama-sama Pak. Tapi kalau saya boleh tau, ngapain Bapak ada didepan gang rumah saya?"
Aduh.....Aku harus jawab apa?!?

"Ummm...Anu...Itu, saya nyari alamat rumah temen!", tiba-tiba terlontar alasan itu begitu saja.

"Baiklah kalau begitu, mudah-mudahan sudah ketemu alamatnya. Saya permisi mau melanjutkan pekerjaan saya"

Ok, alasan yang aneh mungkin. Tapi ternyata cukup membuat Lintang percaya. Percaya? Apa benar Lintang percaya? Atau dia sebetulnya tidak peduli?


***


Satu bulan sudah aku mengenal dan memperhatikan Lintang. Ternyata Papa benar, dia tak sekaku dan sedingin yang aku pikirkan selama ini. Terbukti, satu bulan terakhir ini dia tak menolak atau menghindariku, padahal semua orang pasti bisa dengan jelas melihat bahwa aku mencoba mendekatinya. Aku bahkan merasa sepertinya Lintang memberikan respon positif dari pendekatanku ini.
Pendekatan? Ya, pendekatan!

Aku baru menyadari, ketertarikanku pada Lintang bukan karena ingin tahu kenapa dia sekaku dan sedingin itu. Tapi aku semakin menyadari bahwa aku tertarik padanya, ya, aku menyukainya. Cinta terkadang tak memiliki alasan, itu juga yang aku rasakan kini, aku mencintainya dan aku tak tahu kenapa aku mencintainya. Tak perlu harus ada jawaban dari setiap pertanyaan menurutku.

Lintang juga sepertinya menangkap sinyal-sinyal cinta dariku. Tak pernah sekalipun dia mengelak dan bersikap dingin padaku seperti yang selama ini aku kira. Dia bahkan pribadi yang sangat menyenangkan. Aku bersyukur mengenalnya dan jatuh cinta padanya, karene dia telah membuat aku melupakan kesalahan yang telah aku perbuat beberapa tahun terakhir ini dalam waktu yang sangat singkat.

Tak ada kata jadian diantara kita, tak ada hari dan tanggal, kapan resminya kami menautkan hati. Semua berjalan seiring waktu membawa kami dalam romansa indah ini.
Entah apa yang membuatku begitu yakin pada Lintang. Aku yakin bahwa dialah tulung rusukku yang Tuhan ambil dulu. Lintang adalah takdirku, aku sangat percaya itu. Aku juga yakin, ini semua bukanlah cinta buta sesaat. Semua begitu mudah bagi aku dan Lintang. Orang tuaku pun tak menentang pilihanku kali ini. Padahal biasanya mereka sangat selektif, Bibit, Bebet, dan Bobot. Cukup mengherankan bagiku, karena aku tahu sebetulnya Lintang jauh diluar kriteria Bibit, Bebet, dan Bobot orang tuaku.
Lintang hanya gadis yatim piatu lulusan SMA yang bekerja sebagai kasir. Sangat jauh sekali dari apa yang selama ini selalu digembor-gemborkan orang tuaku. Tapi Lintang memang luar biasa!

Tanpa proses yang rumit dan berbelit, akhirnya aku menikahinya. Semua sangat dilancarkan oleh Yang Maha Kuasa, dan aku sangat bersyukur akan hal itu. Aku bersyukur karena Lintang sangat mencintaiku, belum pernah aku dicintai setulus ini sebelumnya. Aku berjanji untuk selalu mendampinginya hingga akhir hayatku.


***


"Sayang ini kotak apa?", tanyaku ketika kami sedang berbenah barang-barang kami dirumah baru kami hadiah perkawinan dari Papa dan Mama.

"Bukan kotak apa-apa", Lintang dengan gugup menjawab dan langsung merebut kotak itu.
Aku heran, jika bukan hal yang penting, kenapa dia harus segugup itu? Tapi aku tak mau mempermasalahkan hal itu sekarang, aku tak mau merusak kebahagiaannya akan rumah baru kami.


***


Malam semakin larut, tapi aku belum juga bisa memejamkan mataku. Bukan karena ini malam pertamaku dirumah baru kami. Tapi karena aku tak bisa berhenti memikirkan tentang kotak yang penuh tanda tanya milik Lintang. Ah, dari pada aku mati penasaran, aku putuskan untuk mencari tahu apa yang ada didalamnya. Aku sempat mengamati tadi, dimana kotak itu diletakkan Lintang. Tak sulit untuk menemukannya, karena aku beyul-betul mengamatinya tadi.

Perlahan aku buka kotak itu, aku bingung dengan apa yang aku temukan. Ada setumpuk foto-foto seorang wanita yang hampir disemua foto dicoret-coret pada bagian wajahnya. Juga ada beberapa kartu ucapan ulang tahun dari seorang wanita yang ternyata Mamanya Lintang. Berarti Mamanya Lintang masih hidup?? Buktinya dia masih mengirimkan ucapana ulang tahun untuk Lintang tahun ini. Tapi kenapa Lintang bilang Mamanya sudah meninggal pada saat melahirkannya? Kenapa dia berbohong padaku tentang hal ini? Ah, kepalaku penuh dengan tanya yang aku tak tahu apa jawabnya.

***

Pagi ini, setelah aku mengantarkan Lintang ke cafe, aku memutuskan untuk mencari alamat Mamanya Lintang. Berbekal alamat yang aku dapatkan dari kartu ucapan ulang tahun milik Lintang. Tak sulit menemukan alamat itu. Tak sulit juga menemukan rumah yang berada dipemukiman kumuh padat penduduk. Hingga sampailah aku didepan sebuah rumah yang cukup memprihatinkan. Tak ada suara jawaban dari ketukan dan salamku. Aku memberanikan diri masuk kedalam. Betul-betul aku tak mengira, jika memang selama ini Mama Lintang tinggal ditempat ini, dia pasti sangat menderita.

"Siapa disana?", tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara wanita yang penuh menyiratkan kelelahan dalam hidup.

Aku menghampiri ruangan dari mana suara itu berasal. Disitu aku menemukan seorang wanita tua yang sepertinya sudah sangat lelah menjalani hidup. Mamanya Lintang, Ibu mertuaku, beliau hidup menderita sendirian. Aku tak habis pikir, kenapa Lintang berbohong padaku tentang semua ini? Kenapa?

"Aku sudah tahu semua tentang Mamamu Lintang", aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan malam itu.

"Maksudnya apa?", dia masih berpura-pura tak tahu.

"Kenapa kamu bilang Mamamu sudah meninggal ketika melahirkanmu? Kenapa kamu bohong padaku tentang hal ini? Aku sudah bertemu Mamamu hari ini. Aku melihat langsung seperti apa kehidupan yang dia alami".

"Apa yang kamu tahu tentang kehidupannya? Kamu gak tahu apa-apa!", tiba-tiba Lintang berteriak histeris.

"Ya kalau kamu nggak pernah kasih tahu aku, bagamana aku bisa tahu??"

"Seorang wanita yang sudah meninggalkan anaknya yang masih kecil, meninggalkan suaminya yang sakit-sakitan, dan memilih untuk hidup dengan lelaki kaya. Masih pantaskah dia dipanggil Mama?? Kamu nggak tahu seberapa berat hidup yang harus aku lewati, seberapa berat aku harus menghidupi aku dan Ayahku, mengobati penyakit Ayahku yang tak kunjung sembuh. Aku masih terlalu kecil untuk itu semua. Kamu nggak tahu kehidupan seperti apa yang harus aku lewati setelah Mama meninggalkan kami!!", Lintang semakin histeris. Aku tak kuasa meneruskan pembicaraan ini. Pelan aku peluk dia, aku rengkuh dan memberinya kehangatan. Kini aku hanya berharap, semoga Lintang mau sedikit membuka maaf bagi Mamanya. Setidaknya dia kini tahu seperti apa kondisi yang dialami Mamanya.


***


Hari ini cuaca panas sekali, padahal beberapa hari kemarin hujan deras mengguyur dan cukup membuat sejuk kehidupan. Aku melangkahkan kaki dengan penuh semangat. Ya, aku sangat semangat sekali menjalani hari ini karena ada hal spesial yang akan aku lakukan hari ini. Hal spesial? Hal apakah itu? Kemana aku akan pergi melangkah saat ini? Hal spesial apa yang aku lakukan dan dimana? Kenapa aku tiba-tiba tak ingat apa-apa? Aku bingung, kepalaku mendadak pusing sekali, semuanya berputar, semua menjadi gelap, semua...............

Perlahan ku buka mataku. Semua serba putih disekelilingku. Ya Tuhan, apakah aku sudah mati? Dimana aku saat ini?

"Bapak sudah sadar rupanya", terkejut aku mendengar suara itu. Rupanya seorang perawat yang berada disampingku.

"Bapak sekarang dirumah sakit, tadi ada seorang wanita yang mengantarkan Bapak kesini. Katanya dia menemukan Bapak tergeletak pingsan di taman kota. Tak ada identitas yang kami temukan, dan tak ada juga yang bisa kami hubungi untuk menjemput Bapak di rumah sakit ini. Sepertinya semua barang bawaan Bapak diambil orang".

Perlahan aku langkahkan kakiku menuju ruangan dokter yang merawatku. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tiba-tiba lupa dan pingsan ditengah jalan? Apakah ini ada hubungannya dengan migrain yang sering menyerangku?

"Sebetulnya saya sakit apa Dok?", tanyaku pada Dokter yang merawatku.

"Maaf sebelumnya, boleh saya tau nama dan usia Bapak?", Dokter itu bertanya padaku.

"Nama saya Banyu Rahardian, 31 tahun Dok".

"Baik Pak Banyu, berdasarkan hasil analisa awal kami, ada suatu kelainan pada syaraf otak anda. Tapi diagnosa itu bisa saja salah, semua tergantung pada hasil scan yang sudah kami lakukan. Minggu depan anda bisa kembali lagi kemari untuk mengetahui hasil akhir pemeriksaan anda".

"Tapi Dok, terus terang saja, sebetulnya apa penyakit yang ada pada diri saya Dok?", tanyaku penuh curiga.

"Apakah sebelum kejadian ini Pak Banyu sering mengalami sakit kepal yang hebat?", tanya Dokter itu.

"Iya Dok, sudah hampir satu tahun terkhir ini saya sering mengalami migrain hebat. Saya pikir itu semua karene stress yang mendera kehidupan saya Dok. Karena terbukti, bulan-bulan terkahir ini saya sudah jarang mengalaminya lagi Dok, karena saya sudah tidak terlalu stress lagi. Tapi hari ini, saya tiba-tiba lupa tentang hal yang akan saya lakukan dan saya juga lupa kemana saya akan pergi? Berusaha keras saya mengingat semua itu ditengah perjalanan saya, sampai akhirnya migrain itupun menyerangkan lagi dan sangat tak tertahankan. Mungkin itu yang membuat saya akhirnya ambruk ditengah jalan Dok".

"Saya sangat mengenal gejala itu, dan ada satu kemungkinan terburuk yang terjadi pada diri anda. Tapi sekali lagi, semua itu tergantung hasil pemeriksaan minggu depan, dan tergantung pada kemajuan kondisi anda"

"Apa itu Dok?", tanyaku penasaran.

"Ada satu penyakit yang mungkin anda idap, Alzheimer".

"Penyakit apa itu Dok?"

"Satu penyakit yang menyerang memori ingatan anda. Pertama anda akan lupa dengan apa yang akan anda lakukan, kemudian anda akan lupa dengan banyak hal yang telah terjadi dalam hidup anda, anda juga akan lupa dengan semua yang ada disekitar anda, hingga akhirnya anda akan lupa dengan diri anda, dan andapun lupa akan cara menjalani hidup ini. Dengan semakin habisnya memori anda, maka perlahan tapi pasti, kematian bisa menjemput anda".

Aku seperti disambar petir disiang hari. Penyakit apa itu? Kenapa harus menimpa diriku? Aku tak percaya dengan semua itu!


***


Pagi ini aku terbangun lebih awal. Aku ingin sekali membuatkan Lintang sarapan pagi ini. Nasi goreng sosis kesukaannya. Ya, aku masih ingat sarapan favoritnya, berarti ada kemungkinan diagnosa dokter salah akan penyakitku.

"Aduh...Pagi-pagi udah bikinin aku sarapan, makasih ya Sayang", Lintang mengecupku dengan penuh mesra.

"Tapi sayang, kok pedes banget nasi gorengnya? Kamu kan tau, aku nggak pernah suka makanan yang pedes", baru suapan pertama Lintang langsung berhenti menyantapnya. Ya Tuhan, apa benar Lintang tak pernah suka makanan pedas? Tapi kenapa yang aku ingat makanan pedas adalah kesukaannya? Haaaaah, mungkin aku lupa tentang hal itu.

Setelah Lintang berangkat ke cafe, aku memutuskan untuk membuka-buka lagi album-album fotoku. Aku mulai dari album paling lawas, foto-foto masa kecilku yang bahagia bersama keluargaku. Lalu foto-foto masa sekolahku, sampai foto-fotoku dengan Ryani mantan kekasihku yang terakhir. Aaaaah, kenapa foto-foto ini masih aku simpan semua disini? Aku jadi teringat akan semua kisahku dengannya. Teringat pula bagaimana aku terakhir kali menunggunya distasiun kereta dengan rencana gila kawin larinya. Tahun-tahun yang melehakan bagiku menjalin hubungan dengannya.

Masih ada satu album foto terbaru. Masih sangat baru sekali, bahkan aromanya pun masih belum hilang. Perlahan mulai kubuka album itu. Dihalaman pertama, ada foto sepasang pengantin dengan mengenakan pakaian adat Jawa. Itu aku, mengenakan pakaian basahan khas Yogyakarta. Kulihat disampingku ada seorang wanita cantik, sangat cantik, sepertinya dialah mempelai wanitanya. Siapa dia? Siapa namanya? Aku sudah menikah? Apakah aku menikah dengan wanita di foto itu?

Aku buka lembar demi lembar halaman album foto itu. Semua berisi foto pernikahanku dengan wanita cantik itu. Siapa dia? Kenapa aku tak bisa mengingatnya? Kenapa aku tak bisa sedikitpun mengingat akan pernikahan itu? Aaaaaah, kepalaku sakit sekali!!!!


***


Hari-hariku kini aku habiskan untuk mengingat setiap detil yang ada dalam kehidupanku. Aku tandai dengan memo semua yang bisa aku ingat disekeliling kehidupanku. Setiap detil, aku usahakan supaya tak ada yang terlewat. Banyak sekali memo yang kubuat. Aku senang, itu berarti ingatanku masih baik.

"Aku pulang sayang!"

Aaaah, ada suara wanita yang baru saja masuk kerumahku. Wanita yang cantik, dia tersenyum menatapku. Dia menghampiriku, memelukku, dan mencium keningku.

"Kamu dari mana saja? Kenapa kamu baru datang lagi? Kenapa kamu tak menemuiku distasiun itu? Aku menunggumu barjam-jam Ryani!".

"Ryani? Apa maksudmu Mas Banyu?", wanita cantik itu mundur menjauh dariku. Ada raut kebingungan diwajahnya. Aku jadi bingung, kepalaku sakit sekali. Aku bingung, semua berputar, semua gelap......

Kubuka mataku perlahan. Apakah aku tertidur? Samar-samar aku mendengar suara percakapan diruang tengah. Ada siapa diluar?

"Lintang bingung Pa. Ada dengan Mas Banyu. Akhir-akhir ini semua sikapnya sangat aneh. Dia tak mau pergi kemanapun. Dia hanya mengurung diri dirumah. Seperti yang Papa dan Mama liat, seluruh rumah penuh dengan tempelan memo. Seolah-olah Mas Banyu mencoba menandai seisi rumah supaya dia tak lupa dengan nama serta kejadian yang ada dirumah ini. Mas Banyu juga akhir-akhir ini tampak lemah dan sering pingsan", jelas sekali aku dengar wanita itu berbicara sambil menangis.

"Lebih baik kamu hubungi Dokter yang terakhir dikunjungi Banyu. Mungkin Dokter itu tau apa yang terjadi pada Banyu", nyaman sekali aku dengar suara laki-laki itu.

Siapakah mereka? Siapa yang sedang berbincang diruang tengah? Aku coba untuk mencari tahu, aku buka pintu kamarku. Aku terpaku, tak tahu apa yang harus aku lakukan. Hangat, ya hanya rasa hangat dan basah menjalari kakiku.

"Mas Banyu!!!", wanita cantik itu berteriak histeris menghampiriku.

"Kenapa Mas Banyu pipis disini???", dia terisak-isak memelukku.

Dibawanya aku masuk kekamar. Dilapnya tubuhku yang basah dan digantinya celana yang sudah aku basahi. Aku bingung, kenapa ini terjadi???


***



Pagi ini, rumah sudah sepi saat aku terbangun. Aku menemukan memo didepan pintu kamar.



"Mas Banyu, aku pergi sebentar ke Dokter Carlos. Mas Banyu jangan kemana-mana ya, aku segera pulang".

-Lintang-



Lintang pergi ke Dokter Carlos, Dokter yang menangani penyakitku. Lintang Pelitasari, istriku. Aku ingat, akhirnya aku ingat semuanya. Aku bisa mengingat lagi. Aku ingat siapa wanita cantik itu. Lintang, dia istriku. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Selagi kuingat semua ini, aku harus mencatatnya, agar nanti jika aku lupa lagi, aku bisa membaca catatan ini dan mengingatnya lagi. Satu lembar penuh aku tuliskan semua yang aku ingat dalam kertas itu. Aku mulai semakin menyadari, ternyata penyakit itu benar-benar menggerogotiku. Perlahan tapi pasti semua memoriku akan hilang, dan seiring semua itu, nyawaku pun perlahan akan meninggalkan ragaku. Aku tak bisa membiarkan itu terjadi. Aku tak boleh membuat Lintang sedih. Aku tak boleh menghancurkan hidupnya. Dia masih sangat muda, masa depannya masih panjang. Aku harus membuatnya bahagia, dengan caraku sendiri.

Pintu dibuka, rumah begitu sunyi. Lintang melangkahkan kakinya kedalam rumah. Tak ditemukannya yang dicari. Diapun melangkah masuk kekamar, sepi.

"Mas Banyu dimana?", Lintang berteriak-teriak mencari.
Dijelajahinya seluruh rumah, tapi nihil!
Hanya secarik kertas yang dia temukan di atas meja makan.



Lintang Pelitasari, lahir di Jakarta 17 Mei 1980. Aku, Banyu Rahardian. Lahir di Yogyakarta 21 Juli 1977. Aku menikahimu di Jakarta 27 Agustus 2008. Aku memilihmu, karena kamu wanita yang luar biasa bagiku. Lintang, akhirnya aku mengingat semuanya. Aku bersyukur, Tuhan mau mengembalikan ingatanku walau sesaat. Dan disaat Tuhan mengembalikan sesaat ingatan ini, aku harap kamupun tersenyum untukku. Maaf aku harus pergi darimu. Alzheimer ini terlalu cepat merenggut semua memoriku. Semua akan hilang, ingatan masa laluku, ingatan akan kehidupanku, bahkan akupun akan melupakan siapa diriku sebenarnya. Setelah aku menyelesaikan surat ini, akupun yakin bahwa aku pasti sudah lupa akan semuanya. Jadi disaat aku masih mengingatmu, aku harus pergi meninggalkanmu. Aku tak mau pergi disaat aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Satu hal yang harus kamu tahu, meskipun semua ingatanku telah pergi, meskipun nyawakupun telah enggan barada dalam ragaku lagi, tapi cintaku tak akan pernah pergi dari hatimu. Biarkan aku tetap ada dalam ingatanmu, karena aku tak mampu untuk terus menyimpanmu dalam ingatanku lagi. Lintang, aku sangat mencintaimu....

I Love You
Banyu Rahardian



Hanya itu yang aku ingat dalam beberapa menit. Sekarang, tak ada sedikitpun yang aku ingat lagi. Apa yang terjadi? Tak ada satupun yang bisa aku ingat. Kenapa aku? Siapa aku? Kenapa semuanya kosong dalam isi kepalaku?

Semuanya pergi meninggalkan ingatanku. Semuanya melayang, sama seperti tubuh ini yang semakin ringak melayang tinggi jauh meninggalkan alam sadarku.

Siapa aku?
Dimana aku?
Apa yang aku lakukan?

Bila kuingat...Bila sedetik saja aku diberi kesempatan mengingat, aku hanya ingin mengingat cintaku pada Lintang.

Jeritan Hati Tengah Malam.....


.

13 Januari 2009
03.44 am

Aaaaaaaaaaaargh......!!!
Apa Yaaaaaa.....???
Hmmmm....Apa ya yang mo gw tulis sekarang ini?!?
Bingung juga.....Secara udah hampir pagi, gw belom tidur juga. Diluar angin kenceng banget, perut lapernya bukan maen! Mo makan, gak ada apa-apa. Mo cari keluar, udah jam segini, dingin pula diluar. Serba gak jelas deh.....
Mo tidur, gak ngantuk-ngantuk. Lagi mana bisa tidur dalam kondisi laper kayak gini coba??
Mo nonton TV, kagak ada acara yang seru. Mo nguprekin Facebook, dah ampe mentok mo ngapain lagi dah gak tau. Saking gak jelasnya, tadi sampe ngeAdd 100 lebih orang di Facebook, n semuanya gak ada yang gw kenaaaaaal... Abis udah gak jelas mo ngapain lagi.
Sekarang, buka Blog, bingung mo posting apa di Blog?!
I really have no ideas!!
Blank banget, n gak tau apa yang harus diperbuat sekarang...

Hari ini n besok gw bakal libur, gak ada jadwal siaran or apapun. Sampe detik ini, gw gak tau apa yang bakal gw lakukan selama dua hari libur itu?
Yang udah pasti paling ngebersihin kandang-kandang hamster gw, mandiin Mechoi kucing gw, nguprekin Facebook lagi ampe mentok, n nyuci motor kalo cuacanya cerah. Kalo ujan lagi, cuma bikin sakit ati doank. Dicuci trus keujanan, kotor lagi, capeeeeee deh!!!

Sedikit meratapi juga neh, dah hampir setengah bulan Januari, tapi gak ada job yang deal juga. Semuanya cuma mentok dipenawaran, giliran ngomongin budget, semuanya nyerah! Apa budget ngMC gw kemahalan ya?? Kayaknya budget gw masih realistis untuk ukuran kota kecil kayak Cilegon ini. Tapi kenapa pada nyerah kalo gw lempar budget harga ngMC gw?? Ya Tuhan, padahal ATM gw semakin menipis neeeeeh.... Miskin gw, mane kreditan belom pada kelar semua! Hixs...Hixs..Snifh...Snifh..

Apakah gw bener-bener harus merantau ke Ibukota?? (Ciaeeeeelah!!...)
Tapi katanya, Ibukota lebih kejam dari Ibu Tiri?!?
Ya gw tau seh Jakarta kayak apa... Gw pernah tinggal di Jakarta juga kale...
Gimanapun, kalo gw mau punya karier yang lebih maju ya emang musti ke Jakarta. Cuma kenapa gw belom siap juga ampe sekarang untuk Hijrah ke Jakarta?? Gw masih punya beberapa tanggung jawab terhadap Debt Collectors dengan hutang-hutang kreditan gw. Setidaknya sampe bulan Oktober ini gw musti selesain semua kreditan gw itu. Gw gak mau nekad pergi ke Jakarta sekarang, trus mati konyol di Jakarta. Gak dapet kerjaan, trus balik ke Cilegon semua barang-barang gw ditarik Leasing...Gak lucu khan??
Makanya, gw bener-bener gak sabar n beharap mudah-mudahan semuanya lancar sampe kelar semua hutang kreditan gw itu, n then....Gw siap untuk mati konyol di Jakarta!!!

I Just Wanna Say I Miss U....


.

I just wanna say that I miss U..
I miss U so much!
From my deepest heart, I truly say that I miss U...

I miss your smile...
I miss your laugh...
I miss the way U loved me...
I miss all about U...

I don't know how can I release this missing?
I don't know why I really miss U..?
I know that people will wondering, to whom I really miss is...
But I really know, who's the one that I really miss now...

I just wanna say I miss U....

Renungan Malam.....


.

8 Januari 2009
02:12 dini hari

Aku terbangun malam ini....Tumben banget memang, aku tertidur lebih awal. Biasanya jam segini aku masih belum tidur sama sekali. Tapi ternyata, meskipun sudah tertidur lebih awal, toh aku tetap terjaga ditengah malam yang sunyi....
Jam 00.50 dini hari, aku terbangun dari tidurku. Sejak saat itu aku tak sedikitpun merasakan kantuk. Hingga banyak hal melintas dalam ruang benak memoriku...
Kenangan demi kenangan semua bermunculan satu persatu, mengaduk-aduk perasaan dan membuat mual perutku. Bermula dari kenangan tentang salah satu sepupu dekatku yang sudah berpulang pada tahun 2000 silam. Aku tiba-tiba mengingat namanya, dan mengingat bahwa dia sekarang sendirian, karena seluruh keluarganya sudah meninggalkannya dalam istirahat abadinya, meninggalkannya untuk kembali kekampung halaman orang tuanya...Aku tak bisa berpikir, bagaimana keluarganya bisa begitu saja meninggalkannya jauh, dan melupakan semua kenangan tentangnya?
Aku tau, yang sudah pergi mungkin hanya tinggal nama...
Yang hidup, masih harus tetap menjalani hidup, bagaimanapun caranya...



Lalu aku terkenang dengan kampung halaman orang tuaku. Terkenang dengan masa-masa disaat aku masih kecil, disaat keluargaku masih utuh, dan disaat kami masih sering meluangkan waktu untuk melakukan tradisi pulang kampung setiap tahunnya...



Aku teringat dengan kampung dan rumah Pakdeku, yang selalu menjadi tempat persinggahan keluarga kami. Akupun terkenang dengan rumah orang tuaku yang bersandingan dengan rumah kakek-nenekku, yang kini aku sudah tak tau seperti apa bentuknya. Karena, pasca gempa bumi besar yang melanda Yogya dan Klaten, kabar yang aku dengar rumah itu sudah rata dengan tanah. Dan sekarang yang aku dengar, tanah dan bangunan yang tidak 100% utuh itu menjadi rebutan beberapa pihak keluarga Bapakku...Hufh..........

Banyak hal terlintas dalam benakku. Hal-hal yang tak sering aku ingat-ingat lagi semenjak perceraian orang tuaku pada pertengahan 1998. Semuanya aku coba kubur bersamaan dengan aku mengubur masa lalu kehidupan keluargaku...
Malam ini, tiba-tiba satu persatu kenangan itu muncuk dan mengaduk-aduk perasaanku..
Ada perasaan rindu dengan semua itu. Tapi seiring itu semua, ada perasaan sedih yang membayangiku, kenyataan bahwa semua tak lagi seperti dulu lagi...
Kenangan memang selalu menyakitkan. Kenangan buruk akan sangat menyakitkan untuk diingat dan disesali kenapa pernah terjadi. Tapi, kenangan terindah pun bisa jauh lebih menyakitkan, terlebih jika kita menyadari bahwa kenangan indah itu hanya akan menjadi kenangan yang tak akan pernah bisa terulang..........

Happy New Year 2009


.

Happy New Year everybody!!!!
Semoga di tahun yang baru ini, kita dikasih banyak kemudahan sama Yang Di Atas..Amien...
Malem Tahun Baru pasti masing-masing orang punya acara seru ya...
Kalo gw ya, saatnya cari duit!!Hehehehehe...


Ini Pic bareng Wigan, my MC partner, narsis-narsisan di backstage gitu deeeh...:-)




NgeMC tapi kok igut goyang juga yaaaa???Hehehehehe...Maklum deh Bu...:-)


Disco Time!!!!!!!!!!